BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesenian daerah
merupakan aset budaya bangsa Indonesia yang memerlukanperhatian khusus di dalam
pelestarian dan perkembangannya, karena pada dasarnyakesenian merupakan bagian
dari perjalanan suatu budaya yang sangat ditentukan olehmasyarakat pendukungnya.
Kesenian tradisional biasanya diwariskan secara turuntemurun dari generasi ke
generasi selanjutnya tanpa adanya perubahan yangmenyolok.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat, seperti kesenian
tradisional kuda lumping atau biasa disebut Reak. Keragaman yang ada di negara
Indonesia menjadi suatu kekayaan yang tidak dapat terhitung nilainya. Keragaman
tersebut bukan menjadi pemicu adanya perpecahan di Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah salah satukekayaan yang tidak dapat terhitung nilainya. Keragaman
tersebut bukan menjadi pemicu adanya perpecahan di Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah salah satu upaya untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang beragam
suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat.
Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang
biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat
(pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan
keberuntungan dan menolak kesialan. Seperti : Upacara menjelang panen yang
mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi padi dan kesuburan) yang mungkin
masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa, upacara Nglarung (membuang
kesialan) ke laut yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir
pantai selatan pulau Jawa tepatnya di tepian Samudra Indonesia, pada
kesenian-kesenian tradisional seperti reog, kuda renggong, kuda lumping dan
sebaginya.
Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sakral
bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayainya, tujuan dari pemberian
sesajen ini untuk mencari berkah dan kelancaran dalam melakukan suatu
aktifitas. Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan ditempat-tempat yang
dianggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi. Prosesi ini terjadi
sudah sangat lama, bisa dikatakan sudah berasal dari nenek moyang kita yang
mempercayai adanya pemikiran – pemikiran yang religius. Kegiatan ini dilakukan
oleh masyarakat guna mencapai sesuatu keinginan atau terkabulnya sesuatu yang
bersifat duniawi. Saat ini orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah
suatu kemusyrikan.
Oleh karena itu kami melakukan mini riset menegnai Makna Simbol Pada Sesajen Kesenian
Tradisional Kuda Lumping Di Kecamatan Percut Sei Tuan untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai Makna Simbol Pada
Sesajen Kesenian Tradisional Kuda Lumping Di Kecamatan Percut Sei Tuan
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaiamana bentuk sesajen
dalam kesenian Kuda Lumping di Kecamatan Percut Sei Tuan
2.
Apakah
makna yang terkandung di sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di
Kecamatan Percut Sei Tuan
C. Tujuan
Dari
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui bentuk sesajen
dalam kesenian Kuda Lumping di Kecamatan Percut Sei Tuan
2.
Untuk
mengetahui makna yang
terkandung di sesajen pada kesenian tradisional Kuda Lumping di Kecamatan
Percut Sei Tuan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Indonesia adalah negara
kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, budaya, dan adat
istiadat, seperti kesenian tradisional kuda lumping atau biasa disebut Reak.
Keragaman yang ada di negara Indonesia menjadi suatu kekayaan yang tidak dapat
terhitung nilainya. Keragaman tersebut bukan menjadi pemicu adanya perpecahan
di Indonesia. Bahasa Indonesia adalah salah satu upaya untuk mempersatukan
masyarakat Indonesia yang beragam suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat.
Selain itu, sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Dengan begitu, masyarakat Indonesia dapat mengenal dan mempelajari kebudayaan
daerah lain. Masyarakat Indonesia sudah diperkenalkan dengan keragaman budaya
yang ada di Indonesia sejak masuk ke dunia pendidikan. Atau bahkan sudah
diperkenalkan oleh orang tuanya. Indonesia kaya akan seni dan budaya, ada
banyak ragam seni dan budaya yang berkembang di Indonesia, mulai dari Sabang
sampai Merauke, kita bisa mendapati seni dan budaya yang unik dan indah.
A. Kesenian
Tradisional Kuda Lumping
1.
Pengertian Kuda Lumping
Kuda lumping adalah tarian tradisional jawa yang
menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan
kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda.
Anyaman kuda ini dihias dan dicat dengan kain beraneka warna. Tarian kuda
lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda akan tetapi beberapa
pertunjukan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekuatan magis
seperti atraksi memakan beling dan aksi kekebalan tubuh terhadap deraan pecut
(Megantara, 2012).
Kuda lumping sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang
menggunakan kekuatan magis dengan instrumen utamanya berupa kuda-kudaan yang
terbuat dari kulit kerbau yang telah dikeringkan (disamak) atau terbuat dari
anyaman bambu. Kepangan bambu diberi motif atau hiasan dan direka sepeti kuda.
Kuda-kudaan itu berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang diberi tali
melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah ditunggangi
para penari dengan cara mengikatkan talinya di bahu mereka. Puncak kesenian
kuda lumping adalah ketika para penari itu mabuk, mau makan apa saja termasuk
yang berbahaya dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca
dan rumput) dan berprilaku seperti binatang (misalnya ular dan monyet).
2. Fungsi Pertunjukan Kuda Lumping
a.
Fungsi Rekreatif
Yaitu sebagai media hiburan masyarakat dalam
acara-acara tertentu. Seperti acara perayaan hari kemerdekaan, hajatan
(pernikahan) dan lain-lain.
b.
Fungsi Religio-Magic
Yaitu sebagai pelestarian adanya kekuatan magic.
Kesenian kuda lumping tersebar di daerah-daerah yang masyarakatnya dipandang
masih berpegang pada tradisi kejawen, dalam arti masyarakat yang masih kuat
mempercayai kekuatan-kekuatan magic dan komunitas Islam Abangan
3.
Makna Pertunjukan Kuda Lumping
Kesenian rakyat
merupakan salah satu aset kebudayaan bangsa Indonesia yang berharga dan
memiliki nilai-nilai yang sangat luhur. Nilai-nilai tersebut tentunya
mengandung makna sehingga kesenian tradisional mampu bertahan sampai saat ini, tetapi
perkembangan kesenian rakyat tradisional ini semakin memudar ditengah kemajuan
teknologi masyarakat modern. Secara filosofis unsur-unsur yang terdapat dalam
pertunjukkam kuda lumping memiliki makna-makna yang terkandung di dalamnya. Ada
dua makna dalam pertunjukan kuda lumping yaitu makna simbolis dan makna
estetis.
Makna simbolis terdapat dalam penyajian gerak antara
lain: gerak sadar yang menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu berpandangan
ke depan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya, gerak tak sadar
dalam adegan kesurupan menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu menyekutukan
dan mengkhianati Tuhan yang artinya manusia yang tidak mempercayai adanya
Tuhan.
Properti mempunyai makna sebagai partner atau
teman dalam melakukan suatu gerak artinya seorang manusia yang tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan atau uluran tangan dari orang lain. Sesaji
mempunyai fungsi sebagai permohonan izin kepada Tuhan dan roh nenek moyang agar
diberi keselamatan artinya bahwa manusia mengakui adanya sesuatu yang lebih
atau diagungkan dalam kehidupan di dunia.
Tata rias dapat mengubah karakter seorang penunggang kuda yang mempunyai
makna bahwa seorang pemuda harus dapat menempatkan diri di lingkungan
masyarakat serta berani membela kebenaran dan keadilan, tata busana
menyimbolkan kesederhanaan yang artinya hidupdi dunia harus menerapkan prinsip
hidup sederhana secara apa adanya tanpa melebih-lebihkan.
Iringan musik berupa seperangkat gamelan pengiring tari
yang menyimbolkan seorang pemuda yang selalu siap untuk menolong sesamanya, dan
pawang sebagai pengatur utama jalannya pertunujukan artinya dalam menjalani
hidup di dunia, seorang manusia harus mempunyai panutan atau contoh. Nilai
estetis terdapat dalam gerak yang meliputi keseimbangan dan simetris gerak
dalam tari kuda lumping dan dalam gerak tak sadar terdapat dalam setiap adegan
yang selalu menyisipkan gerak tari kuda lumping.
Nilai estetis tata rias terdapat dalam
kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga
memunculkan karakter penari kuda lumping. Nilai estetis tata busana terdapat
dalam kemeriahan warna busana yang dipakai sehingga terkesan kurang praktis.
Nilai estetis properti dalam setiap gerakan yang selalu menggunakan properti
baik ditunggangi maupun digerakkan, dan nilai estetis iringan musik terdapat
pada kesesuaian gerak dengan iringan musik terdapat pada kesesuaian gerak
dengan iringan gamelan berlaras slendro dengan syair lagu pengring Sluku-Sluku
Bathok dan Waru Doyong.
4. Proses Pertunjukan Kuda Lumping
Seni
kuda lumping merupakan jenis kesenian rakyat yang sederhana, dalam
pementasannya tidak diperlukan suatu koreografi khusus serta perlengkapan
peralatan gamelan seperti halnya karawitan, gamelan untuk mengiringi seni kuda
lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari satu buah kendang, dua buah kenong,
dua buah gong dan sebuah selompret, sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi
tarian semuanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan
baik dan selalu ingat pada sang pencipta.
Tata cara pertunjukan kesenian kuda lumping sebagai
berikut: Pertama, mempersiapkan alat-alat seperti gamelan, gong, kenong,
kendang teropet yang akan digunakan untuk pertunjukan. Kedua, pengrawit
menepati alat musik masing-masing dan mulai memainkan. Ketiga, menata/menyiapkan
perlengkapan seperti kuda, barongan,celengan. Keempat, menyiapakan bunga
setaman, wangi-wangian fambo, dupa dan kemenyan. Kelima, menyiapkan kostum yang
akan dipakai para jatilan. Keenam, para pemain dan sinden bersiap-siap dengan
kostum dan make up; ketujuh, pertunjukan siap dimulai dengan tarian yang
dibawakan oleh para penari yang menunggangi kuda dari anyaman bambu, kemudian
penari dengan memakai barongan dilanjutkan penari dengan memakai celengan
Sebelum pertunjukan kesenian kuda lumping berlangsung, para pemain khususnya
penari jathilan memerlukan make up, waktu make up yang
digunakan kurang lebih 1 jam menjelang pertunjukan dan yang diperlukan antara
lain: bedak, minyak wangi, kostum, jarit, dan lain-lain. Proses pertunjukan
kuda lumping selalu diwarnai adanya kesurupan atau kerasukan karena kesenian
kuda lumping selalu identik dengan pemanggilan roh halus yang sengaja dipanggil
untuk meramaikan pertunjukan, namun tetap didampingi para datuk atau pawang
(Setyorini, 2013).
Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping
ini menghadirkan empat fragmen tarian yaitu dua kali Tari Buto Lawas, Tari
Senterewe, dan Tari Begon Putri. Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan
oleh para pria saja dan terdiri dari empat sampai enam orang penari. Beberapa
penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik.
Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau
kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kesurupan ini.
Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut
menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari
dengan gerakan energik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang
kesurupan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang
memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapatdikenali melalui baju
serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar sehingga
kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan
wanita bergabung membawakan tari senterewe. Pada fragmen terakhir, dengan
gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan Tari Begon
Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda
lumping.
5. Alat Musik Dalam Kesenian Kuda Lumping
a. Gong
Gong adalah alat musik yang terbuat dari
leburan logam (perunggu dengan tembaga) dengan permukaan yang bundar. Gong
dapat digantung pada bingkai atau diletakkan berjajar pada rak, atau bisa
ditempatkan pada permukaan yang lunak seperti tikar. Selain itu ada juga gong
genggam yang dimainkan sambil berjalan ataupun menari. Gong yang memiliki suara
rendah, ditabuh dengan pemukul kayu yang ujungnya di balut dengan karet, katun,
atau benang. Sedangkan untuk permainan melodi diperankan oleh gong kecil
(Moertjipto, 1991).
b. Kendang
Pengertian
Kendang dalam gamelan Jawa, kendang adalah sebuah alat musik Jawa (tepatnya
dari Jawa Tengah) yang digunakan untuk mengimbangi alat musik lain atau
mengatur irama. Cara menggunakankendang yaitu dengan tangan tanpa alat bantu
apapun. Jenis Jenis Kendang yaitu kendang kecil disebut ketipung, kendang
menengah disebut kendang ciblon atau kebar, kendang gedhe (pasangan kendang
ketipung) disebut kendang kalih.
Memainkan alat musik kendang termasuk tidak mudah, hanya
mereka yang sudah professional dalam bidang musik Jawa yang memainkannya.
Memainkan kendang adalah mengikuti naluri si pengendang, jadi irama kendang
yang dihasilkan mungkin saja berbeda pada pemain yang satu dengan pemain yang
lainnya
Adapun fungsi kendang adalah untuk mengawali dan mengakhiri
suatu gending atau lagu. Selain itu dapat pula dijadikan pegangan untuk
mengendalikan cepat atau lambatnya irama dalam gending atau lagu tersebut. Oleh
karena itu kendang mempunyai peranan penting dalam permainan tersebut.
Hentakan-hentakan kendang memberikan corak tersendiri, yaitu menambah semakin
hidupnya alunan lagu yang sedang dibawakannya. Dengan demikian kendang secara
keseluruhan untuk dijadikan ukuran mengendalikan seluruh permainan (Dailamy
Hasan, 1997) .
c. Kenong
Kenong merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang
paling gemuk, dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar
namun berbentuk pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang
dialasi dengan tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping
namun dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara. Bentuk kenong
yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber yang khas
(dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga dinamakan
kenong
d. Slompret
Slompret merupakan alat
musik tradisional yang cara memainkannya dengan cara ditiup. Slompret atau
biasanya disebut dengan trompet ini merupakan alat musik yang digunakan dalam
pertunjukan kuda lumping.
6. Sesaji
Sesaji merupakan salah satu sarana upacara yang tidak
bisa ditinggalkan, dan disebut juga dengan sesajen yang dihaturkan pada
saat-saat tertentu dalam rangka kepercayaan terhadap makluk halus, yang berada
ditempat-tempat tertentu. Sesaji merupakan jamuan dari berbagai macam sarana
seperti bunga, kemenyan, uang recehan, makanan, yang dimaksudkan agar roh-roh tidak
mengganggu dan mendapatkan keselamatan (Koentjaraningrat 2002 : 349).
Penggunaan sesaji menjadi pokok dalam pelaksanaan ritual
terlihat dari ritual-ritual yang sering ditemukan penggunaan sesaji tidak
pernah ketinggalan. Setiap dilakukan ritual akan selalu ada sesaji yang menjadi
makna simbolik msyarakat Jawa dan juga beberapa daerah lain di Indonesia.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metodelogi
Penelitin
Penilitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1993 :30)
metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulisatau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.
B. Populasi
Populasi
peneilitian ialah seluruh subjek penelitian yang didalamnya terdapat sejumlah
unsur sosial dan kebudayaan yang nantinya dapat memberikan data yang dibutuhkan
dalam penelitian.Adapun yang menjadi
populasi dari peneilitian ini adalah
seluruh aspek sosial dan kebudayaan di Kecamatan Percut Sei Tuan
C. Sampel
Sampel
adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi yang dapat
dijadikan sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian. Jumlah sampel
yang diambil kelompok peneiliti dalam penelitian ini adalah sesajen kesenian tradisional kuda
lumping di kecamatan percut sei tuan
D. Teknik
Pengambilan Data
Untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan
data melalui penelitian kepustakaan
1.
Dokumntasi
Pengambilan
data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga atau institusi.
Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang berkaitan dengan tugas
penelitian khususnya data karaktersistik demografi di Kota Tanjung Balai
E. Sumber
Data
1.
Data
Sekunder
Data
yang diambil melalui refernsi baik dari artikkel, jurnal atau penelitian lain
yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang kami lakukan.
F.
Pengolaan dan Analisis Data
Data yang dihasilkan dari hasil sekunder terlebih dahulu diorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar. Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif
kualitatif,sehingga ditemukan hubungan yang menjadi pertanyaan penelitan. Serta dapat memecahkan rumusan masalah yang
telah di kemukakan oleh kelompok peneliti.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah
salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang luas wilayahnya 190,79 km². Terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan, 5 Desa dari wilayah kecamatan merupakan desa pantai dengan
ketinggian dari permukaan air laut sekitar 20-30 m dengan curah hujan rata-rata
243%. Jarak tempuh dari Medanlebih
kurang 29 KM atau sekitar 1 jam perjalanan kendaraan.
Wilayah
Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki letak geografis diantara 2057’-3016’
LU 98033’-99027’ BT. Luas wilayah Kecamatan Percut Sei
Tuan 190,79 km². Batas wilayah
kecamatan Percut Sei Tuan:
Selat Malaka
|
|
Kodya Medan
|
|
Kecamatan Labuhan Deli dan Kodya Medan
|
|
Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu
|
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Bentuk penyajian dalam kesenian Kuda Lumping meliputi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan (pra pertunjukan),
2. Tahap pertunjukan,
3. Pasca pertunjukan,
4. Unsur pertunjukan.
1) Tahap persiapan (pra pertunjukan)
a. Perencanaan pelaksanaan tradisi
Pembuatan Kuda Lumping dengan anyaman bambu yang dibentukmenyerupai kuda-kudaan
yang diambil disalah satu tempat yang wingit(seram) dan mengambil bambu
tersebut tanpa sepengetahuan danmeminta izin kepada pemilik bambu.
b. Mempersiapkan tempat arena pertunjukan
Persiapan yang dilakukan antara lain adalah mempersiapkan
areapertunjukan
c. Pembuatan ubarampe / sesaji
Ubarampe yang digunakan dalam pertunjukan Kuda Lumping ini meliputi
nasi tumpeng, ayam ingkung, kupat lepet, daun suruh, jenang abang putih, sekar
sataman, beras, jeruk, bawang, telor ayam, kinang dan rokok, degan, wedang
kopi, wedang teh, wedang asem, wedang putih, gedhang raja, bandan ayam babon,
minyak telon, nasi golong, arang-arang kambang.
d. Obong menyan (membakar kemenyan)
Sebelum pertunjukan Kuda Lumping dimulai, seorang sesepuh (pawang)
harus melaksanakan acara obong menyan (membakar kemenyan). Obong menyan
ini diiringi dengan tabuhan gamelan KudaLumping
2) Tahap pertunjukan
a. Tari Pambuka
Tarian pambuka merupakan tarian pambuka yang dibawakan oleh dua orang
penari wanita. Ragam-ragam tarian yang dibawakan dengan sederhana dan cederung
diulang-ulang.
b. Tari Budalan Madya Bala
Tarian budalan madya bala yang dibawakan oleh empat orang penari Kuda
Lumping yang berpasang-pasangan dengan di iringi musik gamelan. Tarian
budalan madya bala menarikan ragam-ragam tarian yang sederhana yang cenderung
diulang-ulang, perbedaan dalam tarian budalan madya bala ada beberapa ragam
tarian yang atraktif. Setiap adegan yang dibawakan oleh penari dalam tarian budalan
madya bala memperlihatkan kelincahan pasukan penunggang Kuda Lumping.
c. Tari Jaranan
Tarian jaranan merupakan tarian pembuka yang dipentaskan dan dibawakan oleh
9 orang penari Kuda Lumping, 5 penari laki-laki dan 4 penariperempuan. Ragam-ragam
tarian yang dibawakan sederhana dan cenderung diulang-ulang. Ragam gerak pada
sajian tarian jaranan.
d. Tari Barong da Tari Topeng
Tarian barong dan tarian topeng ini dipentskan oleh 3 penari barong, dan 3
penari topeng. Pada tarian barong dan tarian penthul(topeng) 3 orang
penari barong dan 3 penari penthul (topeng) membawakan ragam tarian yang
atraktif, sederhana dan tidak monoton.
e. Ndadi (kesurupan)
Ciri khas pada kesenian Kuda Lumping adalah terjadinya kesurupan (ndadi)
pada para penari Kuda Lumping. Ndadi atau kesurupan adalah keadaan
dimana penari Kuda Lumping kemasukan danyang, maka penari Kuda
Lumping yang kemasukan danyang tersebut tidak sadar lagi. Hal tersebut
mengalami keadaan diluar kesadaran manusia kemudian tidak ingat apa-apa dan
melakukan gerakan diluar kesadarannya, karena penari dikuasai oleh danyang yang
masuk ke dalam tubuh penari.
3) Pasca pertunjukan
Foto bersama dengan pemain Kuda Lumping, setelah itu pemain Kuda Lumping
menikmati hidangan yang telah disiapkan, kemudian para pemain Kuda Lumping
berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.
4) Unsur pendukung
Unsur pendukung dalam pertunjukan kesenian Kuda Lumping meliputi:
1. Alat musik tradisional
a) Kendhang,
b) Demung,
c) Gong,
d) Drum,
e) Slompret
2. Tata rias
Tata rias yang digunakan dalam pertunjukan Kuda Lumping antara
pemain yang satu dengan pemain yang lain sama dan sinden, yaitu dengan
menggunakan tata rias yang jelas dan aksen tata rias yang menggambarkan
kegagahan prajurit berkuda. Alat rias yang digunakan antara lain alas bedak,
bedak, lipstik, pensil alis, body painting, dan eyeshadow.
3. Tata Busana
Tata busana dalam pertunjukan Kuda Lumping Sumber Sari menggunakan
perlengkapan busana yang sama antara penari satu dengan lainnya. Busana yang
digunakan antara lain celana pendek yang dilengkapi dengan jarik, stagen, dan
ditambah beberapa aksesoris seperti slendang (sampur), gelang tangan,
klat lengan, kalung, dan ikat kepala. Sedangkan fungsi penataan busana adalah
untuk memperjelas peran-peran tertentu.
4. Jumlah Pemain
Anggota pemain Kesenian Kuda Lumping terdiri dari yang terdiri dari pemain
Kuda Lumping, sinden, penimbul, dan pengiring musik atau penabuh
gamelan.
2. Makna Simbolis Sesaji /
Ubarampe Prosesi Pertunjukan Kuda Lumping di Kecamatan Percut Sei Tuan
a. Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng ini mempunyai makna ketika manusia berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya
berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi gunungan. Sayur dan lauk
melambangkan yang kita makan sehari-hari.
b. Ingkung
Ayam ingkung adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari
dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada
Gusti Allah.
c. Bunga Sataman
Bunga setaman itu ada mawar, kenanga, kanthil dan lain-lain. Bunga itu mempunyai
aroma yang harum. Nah, makna bunga setaman ini yaitu manusia menjaga harumnya,
artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif.
d. Degan
Degan di sini dimaksudkan agar warga masyarakat memiliki hati yanglegan atau
legowo, degan juga mempunyai makna seadegan (menjalankan shalat), agar
kita selalu berserah diri kepada Tuhan.
e. Wedang asem, wedang teh, dan wedang kopi, wedang putih
Wedang teh, wedang putih, wedang kopi dan wedang asem merupakan simbol
keakraban, keluwesan dan keharmonisan. beberapa jenis wedang ini mepunyai
tampilan dan rasa yang berbeda-beda, dari situlah wedang mempunyai makna bahwa
air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadikan lambang persaudaraan
antar manusia.
f. Gedhang Raja
Pisang yang digunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja,
yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja.
Watak yang bijaksana dan berbudi luhur.
g. Minyak Telon
Minyak telon itu memiliki aroma yang harum, bunga ini memiliki maknasupaya
manusia mengingat dan mengangungkan nama Tuhan. Selain itu bunga juga dapat
bermakna sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur.
Kemenyan itu gunanya untuk mendatangkan roh-roh halus supaya senantiasa
membantu dalam kesenian ini. Kemenyan mempunyai maksud supaya masyarakat desa
Pandansari ini diberi keselamatan dan kemakmuran.
Nilai Estetis pada Pertunjukan Kuda Lumping di Kecamatan Percut Sei
Tuan
1. Tari Pambuka
a. Busana : baju lengan panjang dan celana pendek,stagen,sampur,kaos kaki,
ikat pinggang
b. Instrumen : kendhang,demung,gong,drum
c. Tata rias : pensil alis,bedak muka
d. Properti : tidak menggunakan properti
e. Syair dan lagu : prau layar
f. Gerak : hanya menggerak-gerakan tangan dan kaki
2. Tari Budalan Madya Bala
a. Busana : baju lengan panjang dan lengan pendek.jarik,sampur,ikat kepala
b. Instrumen : kendhang,demung,gong,drum
c. Tata rias : pensil alis, bedak muka
d. Properti : jaranan yang terbuat dari anyaman bambu
e. Syair dan lagu : eling-eling banyumasan
f. Gerak : gerak jengkeng dan gerak kuda-kudaan
3. Tari Jaranan
a. Busana : baju lengan panjang dan celana pendek,stagen,sampur,kaos kaki,
ikat pinggang
b. Instrumen : kendhang,demung,gong,drum,slompret
c. Tata rias : pensil alis,bedak muka
d. Properti : jaranan yang terbuat dari anyaman bambu
e. Syair dan lagu : sleped banyumasan
f. Gerak : gerak kambeng,gerak kinanthang,gerak entragen
4. Tari barong dan topeng
a. Busana : menggunakan busana sehari-hari
b. Instrumen : kendhang,demung,gong,drum,slompret
c. Tata rias : tidak memakai tata rias
d. Properti : barongan dan topenge. Syair dan lagu : blendrong kulon
f. Gerak : mencaplok-caplokan kepala
5. Tari ndadi (kesurupan)
a. Busana : baju lengan panjang dan celana pendek,jarik,sampur,ikat kepala
b. Instrumen : kendhang,demung,gong,drum,slompret
c. Tata rias : pensil alis,bedak muka
d. Properti : jaranan yang terbuat dari anyaman bambu
e. Syair dan lagu : jaipong
f. Gerak : tidak melakukan gerakan tetapi melakukan
atraksi
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analsisi yang kami lakukan bahwa ketika melakukan
pertunjukan kesenian tradisional Kuda Lumping harus memberikan sesaji, sesaji
ini diberikan kepada roh nenek moyang, ini sesuai dengan teori (Koentjaraningrat 2002 : 349), Sesaji merupakan salah satu
sarana upacara yang tidak bisa ditinggalkan, dan disebut juga dengan sesajen
yang dihaturkan pada saat-saat tertentu dalam rangka kepercayaan terhadap
makluk halus, yang berada ditempat-tempat tertentu. Sesaji merupakan jamuan
dari berbagai macam sarana seperti bungakemenyan, uang recehan, makanan, yang
dimaksudkan agar roh-roh tidak mengganggu dan mendapatkan keselamatan. Setiap
sesaji yang ada di setiap pertunjukan kesenian tradisional Kuda Lumping
memiliki makna tersendiri.
.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari analisis yang kami lakukan berupa
kajian pustaka maka kesimpulan yang dap diambil adalah:
1. Bntuk
sesajen kesenian tradisional Kuda Lumping meliputi nasi tumpeng, ayam ingkung, kupat lepet, daun
suruh, jenang abang putih, sekar sataman, beras, jeruk, bawang, telor ayam,
kinang dan rokok, degan, wedang kopi, wedang teh, wedang asem, wedang putih, gedhang
raja, bandan ayam babon, minyak telon, nasi golong, arang-arang kambang
2. Tedapat
makna tersirat dari Setiap sesaji yang digunakan dalam kesenian Tradisional
Kuda Lumping.
B.
Saran
Dalam Penelitian yang kami lakukan masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam sampel penelitian maupun data yang kami
tampilkan untuk itu saran kami untuk penelitian selanjutnya semakin diperbaiki
lagi baik dari jumlah sampel maupun data yang ditampilkan agar ditemukan data
yang lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
Karami, Mokhamad Hafid. Makna Simbolik Pada Sesajen
Kesenian Tradisional Kuda Lumping Di Kabupaten Sumedang.20
November 2017, 12.40.(Online)
Prabowo,FransiskusIndraUdhi.2015.Pelestarian Kesenian Kuda Lumping Oleh Paguyuban Sumber
Sari Di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen.27
November 2017, 08.34(Online)
Skripsi:
Sari, Aulia
VeramitaAnonym.2017.Makna
Kesenian Tradisional Kuda Lumping
Sebagai
Seni Pertunjukan (Studi Kasus Pada Grup Kesenian Kuda Lumping “Bima Sakti” Dan
Masyarakat Kelurahan Campang Raya, Sukabumi, Bandar Lampung).22 November 2017, 12.43(Online)