BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Padi
merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan
makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat
digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi
orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan
makanan yang lain.
Padi
adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi
energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut
Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa
adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari
diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara
lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu
beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium,
sodium, fosphor dan lain sebagainya.
·
Mendeskripsikan budidaya padi sawah
·
Menghitung pendapatan dan keuntungan
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Padi
termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah
tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig
dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu
Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat.
Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara
Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya
tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang,
akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah
yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah
tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.
Klasifikasi
Tanaman Padi
·
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
·
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
·
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
·
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
·
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·
Sub
Kelas : Commelinidae
·
Ordo
: Poales
·
Famili
: (suku rumput-rumputan)
·
Spesies
: Oryza sativa L.
Teknik
bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan
persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman
hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar
tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali menurunkan
produksi.
A. PERSEMAIAN
Membuat persemaian
merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu
persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan
pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat
perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai.
·
Benih unggul
·
Bersertifikat
·
Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
·
Tanah harus subur
·
Cahaya matahari
·
Pengairan
·
Pengawasan
·
Persemaian kering
·
Persemaian basah
·
Persemaian sistem dapog
·
Persemaian Kering
Persemaian
kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak terdapat didaerah
sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan dengan baik yaitu :
·
Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa
-sisa jerami yang masih tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
·
Tanah dibajak atau dicangkul lebih
dalam dari pada apa yang dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa
dapat memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
·
Selanjutnya tanah digaru
Areal
persemaian yang tanahnya sempit
dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya
pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah
menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian
:
·
Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut
kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu
panjang
·
Lebar bedengan 100 -150 cm
·
Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara
kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar 30-40 cm. Pembuatan
selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
·
Penaburan benih dan pencabutan bibit
·
Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
·
Penyiangan
·
Pengairan
·
Pemupukan
·
Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian
diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami, penggunaan benih pada
persemaian kering lebih banyak dari persemaian basah.
·
Persemaian Basah
Perbedaan
antara persemaian kering dan
basah terletak pada penggunaan air. Persemaian basah,
sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air
:
·
Air akan melunakan tanah
·
Air dapat mematikan tanaman pengganggu (
rumput )
·
Air dapat dipergunakan untuk memberantas
serangga pernsak bibit
Tanah
yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah yang sudah
lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun sebelum
pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian
petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari
areal pertanaman yang akan ditanami.
·
Sistem Dapog
Di
Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem tersebut di
Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo, Sewon.
Cara penyemaian dengan
sistem dapog :
1. Persiapan
persemaian seperti pada persemaian basah
2. Petak
yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
3. Kemudian
benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan benih dapat menyerap
makanan dari putik lembaga
4. Setiap
hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
5. Air
dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
6. Pada
umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan kepersemaian yang baru atau
tempat penanaman disawah
·
Penaburan benih
Perlakuan
sebagai upaya persiapan
Benih
terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :
·
Seleksi terhadap benih yang kurang baik,
terapung, melayang harus dibuang
·
Agar terjadi proses tisiologis
Proses
tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang akhimya
benih cepat berkecambah. Terserap atau
masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis
Lama perendaman benih
direndam
dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya ditiriskan atau dietus)
Lamanya
pemeraman
Benih
diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih berkecambah.
Pelaksanaan menebar benih
Hal- hal yang hams diperhatikan
dalam menebar benih adalah :
·
Benih telah berkecambah dengan panjang kurang
lebih 1 mm
·
Benih tersebar rata
·
Kerapatan benih harus sama
·
Pengairan
Pada
pesemaian secara kering
Pengairan
pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan air
keselokan yang berada diantara
bedengan, agar terjadi perembesan sehingga pertumbuhan
tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh
tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau bahkan
menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa
banyaknya air dan kedalamanya merupakan faktor
yang memperngaruhi
perkembangan semai, terutama pada pesemaian yang dilakukan
secara basah.
Pada pesemaian basah
Pengairan
pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·
Bedengan digenangi air selama 24 jam
·
Setelah genagan itu berlangsung selama 24
jam, kemudian air dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek),
kemudian benih mulai bisa disebar
Pengurangan
air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi macak- macak ini, dimaksudkan
agar benih yang disebar dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar
mudah masuk kedalam tanah.
·
Benih tidak busuk akibat genagan air
·
Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat
·
Benih mendapat sinar matahari secara langsung
Agar
benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan keadaan,
misalnya: bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu digenangi air, agar benih
tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi pada saat menjelang pemindahan
bibit dari pesemaian kelahan pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
·
Pemupukan dipersemaian
Biasanya
unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro.
Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang
penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian
zat pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.
B.PERSIAPAN
DAN PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan
tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga
memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki oleh tanaman.
Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
·
Pembersihan
·
Pencangkulan
·
Pembajakan
·
Penggaruan
C. PENANAMAN
Dalam
penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
Persiapan
lahan
Umur
bibit
Tahap
penanaman
D. PEMELIHARAAN
Meliputi
:
Penyulaman
dan penyiangan
Pengairan
Pemupukan
2.2
KONSEP PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN
Menurut
Hernanto (1994), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan
usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas
lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani
berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari
dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari
faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan
yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).
Menurut
Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan
usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah
tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan
pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan
usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi
(input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim
tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dll.
Pendapatan
usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu
(1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam
usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau
pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per
satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya
produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil
tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.
Dalam
pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan
pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan
lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi,
2001). Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi,
penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya
produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut
(Mubyarto, 1989).
Menurut
Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani:
·
Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas
tanaman, luas tanaman rata-rata,
·
Tingkat produksi, yang diukur lewat
produktivitas/ha dan indeks pertanaman,
·
Pilihan dan kombinasi,
·
Intensitas perusahaan pertanaman,
·
Efisiensi tenaga kerja.
Menurut
Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan
dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Secara
matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut :
Ï€ = Y.
Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan
:
Ï€ = Pendapatan
(Rp)
Y = Hasil
produksi (Kg)
Py = Harga
hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor
produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga
faktor produksi ke-i (Rp)
BTT = Biaya
tetap total (Rp)
Untuk
mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak secara ekonomi
dapat dianalisis dengan
menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dengan biaya
(Revenue Cost Ratio).
Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = PT
/ BT
Keterangan:
R/C
= Nisbah penerimaan dan biaya
PT =
Penerimaan Total (Rp)
BT =
Biaya Total (Rp)
Adapun
kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
·
Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami
keuntungan karena penerimaan lebih besar dari biaya.
·
Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami
kerugian karena penerimaan lebih kecil dari biaya.
·
Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas
karena penerimaan sama dengan biaya.
Menurut
Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan
petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan
tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu,
pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
Petani
di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan di sektor
non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non pertanian
di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi, 1994). Keluarga pada
umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang
anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling
bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga
atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan.
Tingkat
pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui
tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di
pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih
sumber pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi
oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga petani.
Hernanto
(1994), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air, iklim, tingkat
teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga
kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu
tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi,
fasilitas kredit, dan penyuluhan.
Tingkat
pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk bekerja atau
berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan
keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang
dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung
lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah
menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
Menurut
Soekirno (1985), terdapat empat ukuran pendapatan:
·
Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan
ini diperoleh dengan menghitung semua penerimaan dan kenaikan investasi yang
kemudian dikurangi dengan pengeluaran baik tunai maupun bunga modal dan
investasi nilai kerja keluarga.
·
Penghasilan Kerja Petani
Pendapatan ini
diperoleh dari selisih total penerimaan usahatani setelah dikurangi dengan
bunga modal.
·
Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan
yang diperoleh dari balas jasa dan kerja serta pengelolaan yang dilakukan
petani dan anggotanya yang bertujuan untuk menambah penghasilan rumah
tangga.
·
Pendapatan Keluarga
Angka
ini diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber-sumber lain yang
diterima petani bersama keluarga disamping kegiatan pokoknya.
Sumber
pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu sektor pertanian
dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat
dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani,
menyewakan lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non
pertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan,
pegawai, jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya
(Sajogyo, 1990).
Menurut
Soeratno (1996), ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat
kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari
bekerja. Tiap anggota keluarga berusia kerja dirumah tangga akan
terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya. Beberapa hasil
studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak-anak adalah
penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun
mencari nafkah.
Menurut
Hernanto (1994), pendapatan petani dialokasikan untuk kegiatan:
·
Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai
kegiatan usahataninya,
·
Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan,
papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan pajak,
·
Pemeliharaan investasi, dan
·
Investasi dan tabungan.
METODE
Praktikum lapangan Manajemen Usahatani tanaman padi ini dilaksanakan pada hari Kamis,
6 November 2014 pukul 17.00 sampai selesai. Praktikum ini dilakukan di Kubu Dalam MarapalamPadang, Sumatera Barat.
Petani
yang di wawancari bernama Bapak Novri berumur 44 tahun, bapak novri beralamat
di Pisang sedangkan lahan yang di kelola di Kubu Dalam Marapalam.
Bapak Novri tidak hanya bertani tetapi ada kerjaan sampingan yaitu
tukang
Metoda
yang digunakan untuk pengumpulan data
dalam praktikum ini adalah metoda wawancara langsung ke petani responden yang bersangkutan dan
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang telah tertera di kusioner yang
sebelumnya telah disiapkan.
BAB IV
HASIL
Nama : Bapak NOVRI
Umur : 44 Tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan Utama : BERTANI
Pekerjaan Sampingan: Tukang
Alamat : Kubu Dalam Marapalam
Komoditi : Padi
Usahatani : Satu Cabang
Tanah diolah secara semi modern, karena pengolahannya
dilakukan dengan bantuan mesin bajak, yakni hand-tractor,namun tetap menggunakan tenaga kerja upahan dengan biaya
Rp1.000.000. Hal ini bertujuan juga untuk menghemat tenaga kerja.
Selain itu dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah
terpecah menjadi kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan
dengan garu sehingga menjadi lumpur halus yang rata.Keuntungan tanah yang telah
diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata.
Pengolahan lahan bertujuan untuk mengubah
sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur.
Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi
lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat
air. (anonima:2008).
Persemaian dilakukan sendiri oleh petani
responden tanpa mengguanakan bantuan tenaga kerja. Penyemaian dilakukan 1-2
hari setelah dibajak.Luas lahan penyemaian hanya satu petak sawah.Persemaian
dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan petakan sawah yang akan
ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang sudah siap dipindah, waktu dicabut
dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap segar. Bila lokasi jauh maka bibit
yang diangkut dapat stress bahkan jika terlalu lama menunggu akan mati
(Anonima, 2008). Dalam hal ini
petani melakukan penyemaian dengan tenaga kerja dalam keluarga selama 2
hari oleh 1 orang. Hal ini juga bertujuan untuk menghemat tenaga kerja
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 20
hari penyemaian oleh 8 orang tenaga kerja luar keluarga dengan upah
Rp. 70.000. Jarak tanam padi 20 x 20 cm.
Bibit
ditanam dengan cara dipindah dari bedengan persemaian ke petakan sawah, dengan
cara bibit dicabut dari bedengan persemaian dengan menjaga agar bagian akarnya
terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu bibit dikumpulkan dalam
ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar terbenam ke air.
Pengairan
yang dilakukan berupa saluran irigasi. Dimana sumber airnya di diperoleh dari
air sungai yang dialirkan ke beberapa area persawahan disekitar
Kubu Dalam, termasuk sawah petani responden tersebut.Pengairan
dibagi berdasarkan beberapa saluran-saluran ke masing-masing petakan sawah.
Pemupukan
dilakukan 2 tahap.yaitu 15 hari setelah dibajak dan 15 hari setelah tanam, dengan
perbandingan pupuk 1:1:1. Tahap petama Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak 50kgdibeli dengan harga Rp 2.000/kg, pupuk Poska 50kg dengan harga Rp. 3.000/kg
dan pupuk SP36 25kg dengan harga Rp. 1.500/kg. tahap kedua pupuk urea 50kg,
Poska 50 kg, dan pupuk SP36 25kg. Pemupukan
ini dilakukan sendiri oleh petani responden. Pemupukan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman padi agar dapat tumbuh
dengan baik.
Penyiangan yang dilakukan
berupa pemeliharaan dari gulma atau vegetasi-vegetasi yang mengganggu
pertumbuhan tanaman padi dengan cara dibersihkan langsung dengan cara mekanis
yakni dicabut.
Hama
yamg menggangu tanaman padi petani responden adalah hama wereng. Pengendalian
dilakukan dengan cara memnyemprot dengan pestisida Penyemprotan mengeluarkan
dana sebesar Rp. 500.000
Padi
sudah bisa dipanen pada umur 3 ½ bulan dari masa tanam.Ciri-ciri tanaman yang
sudah layak untuk dipanen adalah padi sudah menguning secara keseluruham, sudah
berisi dan merunduk.Pemanenan masih dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sabit biasa.Pemanenan dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan
upah Rp 100.000 per hari.
Padi
yang sudah dipanen kemudian dipasarkan seluruhnya. Satu kali panen untuk lahan
0.5 Ha Bapak Novri menghasilkan 40 karung padi atau 2.000kg padi untuk dijual.
Padi dipasarkan melalui tengkulak.Pada masa panen biasanya banyak tengkulak
yang datang ke lahan langsung untuk mengambil hasil panen.
1. Faktor
produksi Tenaga Kerja
Tenaga
kerja yang digunakan oleh petani responden adalah tenaga kerja luar keluarga
(TKLK) yang dibayar dengan tarif tertentu untuk membajak tanah (mengolah
tanah), penanaman dan pemanenan.
2. Faktor
produksi Modal
Adapun
modal yang digunakan petani selama berusahatani adalah modal sendiri. Sarana
produksi seperti bibi, pupuk, dan pestisida dibeli oleh petani. Hand tractor
disewa petani sekaligus dengan tenaga kerjanya.
3. Faktor
produksi Manajemen
Dari
aspek manajemen, disini petani responden merangkap menjadi petani penyakap dan
manajer sekaligus. Beberapa kegiatan budidaya dilakukan sendiri oleh petani,
yakni penyemaian, pemupukan dan penyiangan. Sedangkan aktivitas petani sebagai
mananjer adalah petani responden langsung lah yang menentukan apa yang akan
diproduksi, bagaimana cara memanfaatkan lahan semaksimal mungkin, menentukan
apa saja dan berapa input yang dibutuhkan selama dalam berusahatani, membayar
upah tenaga kerja, dan menetukan pemasaran hasil.
NO
|
Uraian
|
Padi
|
1.
|
Produksi
rata-rata (kg)
|
40
karung @ 50 kg= 2.000 kg/ 0,5 ha
|
2.
|
Harga
(Rp)
|
Rp
5000/kg
|
3.
|
Penerimaan
(Rp)
|
Rp
5000 x 2.000 kg = Rp 10.000.000
|
4.
|
Biaya
yang dibayarkan
Benih/bibit
Pupuk
anorganik
- Urea
- Poska
- SP36
Pestisida
Pupuk
kandang
Penanaman
|
15
kg/0,5 ha x Rp 5.000 = Rp 75.000
100
kg x Rp 2.000= Rp 200.000
100
kg x Rp 3.000 = Rp 300.000
50
kg x Rp 1.500 = Rp 75.000
Rp
500.000
Rp 0
8
orang x Rp 70.000 = Rp 560.000
Rp
56.000/tahun : 3 = Rp 14.000
Rp
1.000.000
Rp 0
Rp 0
Rp 0
Rp
5.000/karung x 40 karung = Rp 200.000
|
Total
biaya yang dibayarkan
|
Rp
2.924.000
|
|
5.
|
Biaya
yang diperhitungkan
Penyemaian
Pemupukan
Penyiangan
pengendalian
HPT
panen
|
1 Lk
x Rp 100.000= Rp 100.000
½
hari x 100.000 = Rp 50.000
1 Lk
x Rp 100.000 = Rp 100.000
½
hari x 100.000 = Rp 50.000
10
Lk x Rp 100.000 = Rp 1.000.000
Rp
190.000
Rp
1.500.000
Rp 0
Rp 0
|
Total
biaya yang diperhitungkan
|
Rp
4.265.000
|
|
6.
|
Total
biaya (Rp)
|
Rp
7.189.000
|
7.
|
Pendapatan
(Rp)
|
Rp
7.076.000
|
8.
|
Keuntungan
(Rp)
|
Rp
2.811.000
|
Pendapatan =
total penerimaan – total biaya dibayarkan
=
Rp. 10.000.000 – Rp. 2.924.000
=
Rp 7.076.000
=
Rp. 10.000.000 – Rp.7.189.000
=
Rp 2.811.000
Dari
analis biaya di atas, dapat diketahui bahwasanya usahatani Bapak Novri
mendapatkan untung, karena Penerimaan > total biaya untung.
Kriteria
|
Nilai
|
Penerimaan > biaya
|
Beruntung
|
Penerimaan = biaya
|
Pulang pokok
|
Penerimaan < biaya
|
rugi
|
Analisis
R/C = PT / BT
=
Rp 10.000.000 / Rp. 7.189.000
=
1,39
Kriteria R/C
|
Nilai
|
> 1
|
Beruntung
|
= 1
|
impas
|
<1
|
rugi
|
Dari
analisa imbangan penerimaan dan biaya (cost and return ratio), usahatani Bapak
Novri memberikan keuntungan, karena R/C > 1 untung
BAB V
PENUTUP
Teknik budidaya padi sawahyang dilakukan oleh petani responden telah sesuai dengan
teori yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan petani yang tamat SMA dan pengalaman berusahatani juga sudah lebih
dari 15 tahun. Sesuai teori,
Bertambah tinggi pendidikan petani maka akan bertambah cepat majunya
usahataninya, dimana semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima
dan mencari dan mempelajari pembaruan dan teknologi yang lebih baik sehingga
usahatani akan lebih cepat berkembang. Dan juga maka tinggi pengalaman
berusahatani maka akan lebih cepat majunya petani tersebut.
Analisis usahatani padimenunjukkan bahwa pendapatan dan
keuntungan yang didapat jugabesar.
Hal ini dapat dilihat dari analisis R/C yang bernilai 1,39 yang menyatakan bahwa usahatani padi yang dilakukan oleh
petani tersebut menguntungkan. Karena batas R/C yang menguntungkan adalah .
Semoga
laporan praktikum yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
dijadikan referensi untuk pembaca. Diharapkan laporan praktikum ini yang
merupakan salah satu tugas dalam kuliah Manajemen Usahatani nantinya dapat
diberikan masukan ataupun kritik dari dosen pembimbing.
Dikarenakan
laporan praktikum ini mengenai petani responden di Kubu Dalam, makausahatani padi cocok untuk
diterapkan dan dilanjutkan
karena dari analisis yang dilakukan, usahatani padi ini dapat memberi
pendapatan dan keuntungan yang besar bagi petani.
Atman (2007) EKNOLOGI BUDIDAYA PADI
SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU BATANG PIAMAN. Jurnal Ilmiah Tambua, VI, 58.
Edward Saleh, A. F. N., Lismaria
Butarbuta (2012) BUDIDAYA PAD1 Dl DALAM POLIBEG DENGAN IRlGASl BERTEKANAN
UNTLIK ANTISIPASI PESATNYA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH Jurnal
Teknotan, 6, 692.
Mariati., Y. L. A. d. R. (2010)
PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza sativa L.) SAWAH SISTEM TANAM
PINDAH DAN TANAM BENIH LANGSUNG DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA. EPP, 7.
Wayan Wangiyana, Z. L., Sanisah
(2009) PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VAR. CIHERANG DENGAN TEKNIK BUDIDAYA
“SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)” PADA BERBAGAI UMUR DAN JUMLAH BIBIT PER
LUBANG TANAM. Crop Agro, 2, 70.