BAB I
PENDAHULUAN
A. Proses Pendidikan Dalam Filsafat
Pendidikan
Setiap anak dilahirkan pada hakikatnya sudah mempunyai potensi
masingmasing,
atau kodrat alam (menurut istilah Ki Hajar Dewantara). Disadari atau tidak, sejak kecil kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Orang tua kita adalah guru pertama kali dalam hidup hingga kita menjadi seorang yang dewasa. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya lingkungan keluarga saja yang kita tahu, kita mengenal lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan negara. Sehingga kita tahu betapa pentingnya proses pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
atau kodrat alam (menurut istilah Ki Hajar Dewantara). Disadari atau tidak, sejak kecil kita sudah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal. Orang tua kita adalah guru pertama kali dalam hidup hingga kita menjadi seorang yang dewasa. Seiring berjalannya waktu, tidak hanya lingkungan keluarga saja yang kita tahu, kita mengenal lingkungan masyarakat, bahkan lingkungan negara. Sehingga kita tahu betapa pentingnya proses pendidikan bagi manusia di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, agama dan bangsa.
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban
manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika
sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat
para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.
Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan
bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
peranan filsafat dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Pendidikan
- Peran Filsafat Dalam Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan
(Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi
pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih
kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan
tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
B. Beberapa Aliran Filsafat dalam
Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang
berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme,
pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme
berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya
pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan
aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa
hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya
membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki
rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat
dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme.
Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan
arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat
untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat.
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak
(child centered).
Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan
moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang
memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab
itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi
perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan
kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses
aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog,
dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah
dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
C. Sumber Buku Filsafat Ilmu oleh Anna
Poedjiadi
Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat telah melahirkan
berbagai macam pandangan/ide yang diantaranya ialah lahirnya pandangan tentang
filsafat pendidikan. Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan, bahwa dalam
sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran.
Karena kesimpulan filsafat tidak pernah mandeg, maka setiap keputusan
atau kesimpulan yang diperoleh tidak pernah merupakan kesimpulan final.
Diantara pandangan pokok tentang pendidikan menurut aliran-aliran pendidikan,
yaitu :
1.
Progressivisme, memandang bahwa dengan proses
pendidikan yang menggunakan integrated curriculum, metodelearning by doing dan problem
solving, diharapkan anak didik menjadi maju (progress), mempunyai kecakapan
praktis dan dapat memcahkan masalah sosial sehari-hari dengan baik.
2.
Essensialisme, memandang bahwa pendidikan adalah proses
membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat. Maka dalam sejarahnya, kurikulum
yang digunakan oleh essensialisme adalah pola kurikulum idealisme dan realisme.
Dengan pola kurikulum seperti ini, diharapkan peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
3.
Perennialisme, memandang bahwa tujuan pendidikan adalah
sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi
aktualitas, aktif dan nyata. Prinsip-prinsip pendidikan perennialisme telah
mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk
sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi.
4.
Rekonstruksionisme, memandang bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk merombak tata susunan kebudayaan lama dan membangun tata hidup
kebudayaan yang baru, melalui pembinaan daya intelektual dan spiritual yang
sehat akan membina kembali manusia dengan pendidikan yang tepat atas nilai dan
norma yang benar demi generasi sekarang dan yang akan datang, sehingga
terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Filsafat Pendidikan Islam merupakan jawaban yang berasal dari
prinsip-prinsip dan ruh Islam atas pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai
masalah pendidikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi dasar
pelaksanaan dan praktek pendidikan. Ketepatan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu merumuskan tujuan pendidikan secara
tepat dan akan mengarahkan usaha kependidikan yang tepat pula.
Pendidikan menurut ajaran Islam merupakan kewajiban bagi umat Islam demi
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, dan akan mendapatkan
ilmu pengetahuan untuk bekal kehidupannya.
Dari masa perkembangan peradaban kunosampai munculnya abad pencerahan
(renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis
dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan hal yang paling utama, hal
itu dapat kita lihat dari beberapa ahli berikut ini :
- Jean Jaqques rosseau, seorang tokoh pembaharu prancis menyebutkan, semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir, hanya akan kita penuhi melalui pendidikan.
- Aristoteles, ahli filsafat yunani kuno berpendapat bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memperbaiki system pendidikan.
- Van de Venter, tokoh politik Etis atau balas budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar Indonesia juga mengatakan, pendidikan yang diberikan kepada rakyat pribumi, akan dapat merubah nasib pribumi.
- Tokoh pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan Ki Hajar Dewantoro, juga menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah pendidikan.
- Menurut UNESCO, badan PBB yang menangani bidang pendidikan menyerukan kepada seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahwa jika ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan seluruh bangsa, maka haruslah dari pendidikan, sebab pendidikan adalah kunci menuju perbaikan terhadap peradaban.
- Presiden R.I Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Hari Anak Nasional, mengatakan bahwa bangsa yang pendidikannya jelek tidak maju, bangsa yang maju adalah bangsa yang produktif, inovatif, dan cerdas, di samping memiliki akhlak dan kepribadian yang baik, sehat jasmani dan rohanidan rukun satu sama lain.
- Wakil presiden Yusuf Kalla, juga berpendapat dalam menyikapi pro dan kontra tentang standarisasi Ujian Nasional (UN) menegaskan bahwa Anak-anak yang belajar keras dan sungguh-sungguh tidak boleh di samakan dengan anak-anak yang malas, hal itu tidak benar, karena Negara Indonesia tidak dibangun dengan kemalasan, namun harus dengan kerja keras.
Nah, sudah jelaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting
dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptakan
pribadi yang memiliki sikap kepribadian yang positif.
Dengan demikian, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan
hidup dan sejalan dengan dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi.
Sebagai akibat logisnya, maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan
kajian baik secara konseptual dan operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi
dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan maslah-masalah yang dihadapi
oleh umat manusia.
Dengan menganalisa berbagai filsafat, seperti filsafat yunani, barat dan
lainnya, maka muncullah berbagai macam disiplin ilmu dengan menggunakan
filsafat. Sehingga berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan yang berkembang
sekarang ini menemukan kembali relevansinya dan berkemampuan untuk menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapai umat manusia.
Pendekatan filsafat diperlukan seiring dengan perkembangan pendidikan. Karena
problematika pendidikan yang bersifat filosofis memerlukan jawaban yang
filosofis pula. Di samping itu filsafat pendidikan bsa didekati dengan ide-ide
filosofis yang diterapkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
Pada mulanya filsafat adalah induk dari segala cabang ilmu pengetahuan
yang ada, namun karena banyak permasalahan yang tidak dapat dijawab lagi oleh
filsafat sendiri, maka lahirlah cabang ilmu yang lain untuk menjawab segala
macam permasalahan yang timbul. Diantara permasalahan-permasalahan yang timbul
dan tidak dapat dijawab lagi oleh filsafat sendiri, yaitu permasalahan yang
timbul/terjadi di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu lahirlah filsafat pendidikan
yang merupakan cabang filsafat sebagai pembantu dalam memecahkan
masalah-masalah yang tidak dapat terpecahkan sendiri oleh filsafat, khususnya
dalam lapangan pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang melatarbelakangi
munculnya filsafat pendidikan adalah banyaknya perubahan-perubahan dan
permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu
dijawab sendiri oleh filsafat. Selain itu, yang melatarbelakangi munculnya
filsafat pendidikan adalah banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan.
Adapun datangnya ide-ide tersebut diantaranya berasal dari tokoh-tokoh filsafat
Yunani.
Filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat telah melahirkan
berbagai macam pandangan/ide yang salah satunya ialah lahirnya pandangan
tentang filsafat pendidikan. Begitu pula halnya dengan filsafat pendidikan
bahwa dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran.
Karena kesimpulan filsafat tidak pernah mandeg, maka setiap keputusan
atau kesimpulan yang diperoleh tidak pernah merupakan kesimpulan final. Sebab
itu, dunia percaturan filsafat (termasuk filsafat pendidikan) seringkali hanya
berkisar pada permasalahan-permasalahan yang sama, baik sebagai suatu bentuk
persetujuan ataupun penolakan terhadap kesimpulan yang ada.
1. Aliran Progressivisme
Aliran Progressivisme, progress (maju) adalah sebuah faham
filsafat yang lahir dan sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Aliran filsafat
ini kelahiran Amerika dan pengaruhnya terasa di seluruh dunia yang mendorong
usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan.
2. Aliran Essensialisme
Essensialisme –essensi (pokok)- merupakan aliran yang memandang
terhadap pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban manusia. Aliran ini berpedoman pada peradaban sejak zaman
Renaissance. Pada zaman Renaissance telah berkembang dengan megahnya
usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta
kebudayaan purbakala, terutama di zaman Yunani dan Romawi. Dalam zaman
Renaissance muncul tahap-tahap pertama dari pemikiran essensialis yang
berkembang selanjutnya sepanjang perkembangan zaman Renaissance itu sendiri.
Pada zaman modern sekarang ini dikembangkan lagi oleh para pengikut dan
simpatisan ajaran aliran filsafat tersebut, sehingga menjadi aliran filsafat
yang teguh berdiri sendiri, yang mempunyai ciri-ciri utama yang berbeda dengan
aliran progressivisme.
3. Aliran Perennialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang artinya kekal atau
abadi. Dari makna yang terkandung dalam kata itu, aliran perennialisme
mengandung kepercayaan filasafat yang berpegang pada nilai-nilai dan
norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran filsafat ini termasuk pendukung
yang kuat dari filsafat essensialisme. Pendiri utama dari filsafat ini adalah Aristoteles
yang kemudian didukung dan dilanjutkan oleh Thomas Aquinas, sebagai reformer
utama pada abad ke-13.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris “rekonstruct”, yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan, aliran ini adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan
aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern.
Salah satu contoh masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas
diarahkan untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasitanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka
pintar secara teoritis, akan tetapi miskin aplikasi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan merupakan
usaha sadar yang dilakukan diseluruh aspek kehidupan, baik orang-orang terdekat
maupun masyarakat, baik yang formal maupun nonformal, dengan tujuan merubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik
menjadi kebiasaan yang baik demi terbentuknya pribadi manusia yang baik dan
berkualitas selama manusia tersebut menjalani kehidupannya.
Jadi, untuk memahami arti pendidikan yang seutuhnya harus ada
keseimbangan antara pendidikan formal dan nonformal. Karena pendidikan formal
sangat penting dalam membentuk sikap pada diri manusia. Namun, pendidikan
nonformal sering dinomorduakan disbanding pendidikan formal. Oleh karena itu,
banyak persoalan-persoalan muncul di lingkungan sekitar, yang terkadang muncul
dari orang yang berpendidikan tinggi, namun tidak mempunyai sikap yang baik.
Pertanyaannya adalah, seiring dinamika zaman yang semakin mengglobal,
begitupun disiplin keilmuan yang semakin berkembang era ini, akankah pendidikan mampu menjawab tantangan
serta memecehkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia?. bagaimanakah
kalangan dunia pendidikan yang di kenal dengan “kawah candradimuka”
mengembangkan lokus-lokus atau lembaga kajian baik secara konseptual maupun
secara operasionalnya demi kesejahteraan hidup manusia?
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertanyaannya, pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan
hidup dan sejalan dengan dinamika serta perubahan-perubahan yang terjadi.
Sebagai akibat logisnya, maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan
kajian baik secara konseptual dan operasionalnya, sehingga diperoleh relevansi
dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan maslah-masalah yang dihadapi
oleh umat manusia. Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu
Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat
pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi
masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep
yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta
didik.
Hamdani Ali, MA. Filsafat
Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta: 1986.
Jalaluddin dan
Abdullah. Filsafat Pendidikan, Gaya Media Pratama, Jakarta: 1997.
Omar Mohammad
al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam, alih bahasa DR. Hasan Langgulung,
Bulan Bintang, Jakarta: 1979.
Zuhairini, Dra. Filsafat
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta: 1995.