Makalah Tentang Retorika


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
            Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik, (Kunst, gut zu renden atau Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars, techne). Dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.

B.        Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      . Apa yang dimaksud retorika ?
2.       Bagaimanakah sejarah retorika ?
3.       Mengapa retorika perlu untuk dipelajari ?

C.       Tujuan Penulisan
     Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.      Menjelaskan pengertian retorika.
2.       Mendeskripsikan dasar komuniasi.
3.       Menjelaskan perkembangan retorika.

D.      Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi pengetahuan baru mengenai Prinsip dasar komunikasi, hakikat retorika dan perkembangannya. Secara praktis, makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
A.    Penulis
Penulis diharapkan setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini dapat lebih memahami dalam prinsip dasar komunikasi, hakikat retorika dan perkembangannya.
B.       Pembaca
Semoga setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang prinsip dasar komunikasi, hakikat retorika dan perkembangannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.                  Prinsip Dasar Komunikasi
Dalam proses itu nampak  adanya penyampaian informasi , ide beserta sikap dari seseorang kepada orang atau sekelompok Berbicara baik di depan umum ataupun dengan seseorang, pada hakikatnya merupakan proses komunikasi di antara kedua belah pihak yang terlibat orang lain dengan tujuan tertentu yang di canangkan si pembicaranya.
            Dengan kata lain, pembicaraan dimaksud melibatkan segalah komponen serta unsur-unsur komunikasi. Bahkan mungkin juga berlangsung lama hingga mencapai situasi dan kondisi kedua belah pihak memperoleh kesamaan makna terhadap apa yang di perbincangkannya.
            Istilah “komunikasi” sendiri pada hakikatnya mengandung arti ganda. Komunikasi bisa di artikan sebagai hubungan antar bagian-bagian mesin, seperti as gardan pada mobil, pemindahan tenaga listrik pada perkakas dapur, jalan penghubung kota; dan pengaruh suatu organisme lainnya.
            Dalam hal pengertian yang terakhir, kita dapat mengenal adanya komunikasi di kalangan hewan, dari kicauan burung, kokok ayam, raungan kucing, sampai pada gonggongan anjing yang mengandung peringatan atau hardikan. Karena itu kita bisa lebih kenal lagi pada konsep dasar  yang  membatasi komunikasi dengan interaksi di kalangan manusia .
            Dengan demikian komunikasi di kalangan manusia merupakan upaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang lain dengan menggunakan sinyal dan atau simbol yang dirasakan melalui pikiran sehat orang lain itu, sadar ataupun tidak (jones, 1978: 6)
            Lebih operasional lagi Carl I Hovland (1953: 12) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses di mana seorang insan ( biasanya berupa lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah perilaku insan lainnya ( hadirin).
            Dalam hal ini Hovland mengemukakan empat faktor yang terlibat dalam proses komunikasi yang dimaksud yaitu:
oleh komunikator
 1. Komunikator yang memprakasi komunikasinya
2. Rangsangan ( stimulus atau lazim pula disebut pesan komunikasi ) yang disampaikan
3.  Hadirin ( biasa disebut komunikan ) yang menanggapi pesan komunikasi tersebut
4. Tanggapan hadirin terhadap pesan komunikasi yang disampaikan komunikator itu
            Tidak seorang komunikator melakukan sesuatu perilaku apabila tidak di rangsang oleh panca indranya yang memperoleh kesan dari suatu kehdiran fakta , data, gejala, atau peristiwa yang ada disekitarnya. Fakta, data, gejala, atau peristiwa, maupun apa saja yang ada di alam semesta ini akan selalu menimbulkan kesan pada otak siapa pun atas laporan panca indranya.
            Atas persepsinya itu timbul idea tau inisiatifnya untuk menyampaikan pesan yang akan merangsang lawan bicara atau orang lain yang memedulikannya, baik mereka hadir di hadapannya maupun tidak. Melalui idenya itu si komunikator  merekayasa  pesan-nya sedemikian rupa serta menyampaikannya kepada komunikan dengan didasarkan pada tujuan yang diinginkannya .
Dalam keadaan tidak sama, komunikator akan selalu berusaha keras untuk “ menyamakannya “akibat dengan tujuan yang dikehendakinya, dalam arti berusaha mempengaruhi komunikan agar berpersepsi yang sama terhadap pesan dan tujuan  yang disampaikannya.
            Dengan kata lain, komunikasi membuat si penerima dan si pemberi  sama-sama atau bersesuaian (tuned) dalam menanggapi suatu pesan (onong, 1973 : 39 ).
            Dengan demikian, sebenarnya komunikasi akan berlangsung apabila di dalamnya terlibat paling sedikit enam unsur yaitu; sumber, komunikator pesan, komunikan, tujuan dan akibat. Sedangkan bagi komunikasi sifaatnya luas, umum, melibatkan jarak jangkauan penyampaian pesan yang jauh, selalu harus menggunakan media.  Adapun Situasi-nya  justru tergantung pada kondisi dari masing-masing unsur tersebut.
            Dalam hal berlangsungnya suatu komunikasi, para pelaku komunikasi - baik komunikator maupun komunikan – menjalani kondisi di mana masing-masing memperoleh persepsi terhadap situasi yang terjadi pada saat itu.
            Karenanya syarat utama untuk mencapai kesamaan ( commonness ) pendapat, sifat, sikap, dan perilaku terhadap pesan yang timbul dalam proses komunikasi itu, masing-masing pelaku komunikasi harus mampu dan mau ber-empati (memproyeksikan dirinya pada diri lawan dalam berkomunikasi itu).
            Dengan demikian, masing-masing pelaku komunikasi akan dapat memahami maksud dari penyampaian pesan (yang dilakukan komunikator) maupun umpan balik yang muncul sebagai akibat (penerimaan komunikan terhadap pesan tersebut) yang terjadi pada diri komunikan.
            Kesediaan untuk berempati merupakan suatu sikap psikologis yang berintikan itikad baik untuk mencapai persesuaian paham (astrid, 1982: 6).
            Dalam hal ini jelas bahwa prinsip  dasar dari komunikasi akan melibatkan pelbagai bentuk persuasi, sekalipun dalam situasi komunikasi tatap muka (Hovland. 1953:5).
            Melaui empati dan teknik-teknik persuasinya, komunikator  berusaha memepengaruhi komunikannya, dalam arti berupaya mempengaruhi komunikannya, dalam arti berupaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku komunikan sesuai dengan apa yang dikehendakinnya.
            Apabila sikap. Sifat, pendapat, atau pelaku komunikan itu sesuai dengan kehendak komunikatornya, maka komunikasinya yang dimaksud dikatakan berhasil, dalam arti kehendak komunikator itu tercapai. Dalam hali ini terwujud suatu  kesamaan makna terhadap pesan komunikasi antara komunikator dengan komunikan.
            Situasi demikian seringkali terjadi selama komunikasi itu belum menunjukkan perubahan yang sesuai dengan keinginan komunikatornya , atau akibat  dari komunikasi itu belum menunjukkan sama dengan tujuannya. Selama itu pula komunikasi akan berlangsung dengan timbale balik, diman masing-masing pelakunya berubah-ubah status dari komunikator menjadi komunikan sebaliknya komunikan menjadi komunikator.
B.            Hakikat Retorika.
Pengertian Retorika
            Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya member motivasi) . Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus pada manusia. Oleh karena itu pembicaraan itu setua umur bangsa manusia. Bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain.Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik (kunst, gut zu reden atau ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis (ars , techne).Dalam dewasa ini retorika diartikan sebagai kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan  dalam proses komunikasi antar manusia.Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat. Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara.
            Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif, mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan mengesankan.Keterampilan dan kesanggupan untuk menguasai seniberbicara ini dapat dicapai dengan mencontoh para rector yang terkenal (imitatio)dengan mempelajari dan mempergunakan hukum-hukum retorika (doctrina) dan dengan melakukan latihan yang teratur (excercitium).
            Dalam seni berbicara dituntut juga penguasaan bahan (res) dan mengungkapan yang tepat melalui bahasa melalui :

1.       Alasan Retorika Dipelajari
            Didalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang berpengaruh, yang memiliki kepandaian di dalam hal berbicara.
            Menguasai kesanggupan berbicara dan keterampilan berbicara menjadi alasan utama keberhasilan orang-orang terkenal di dalam sejarah dunia.Dalam sejarah dunia justru kepandaian berbicara atau berpidato merupakan instrumen utama untuk mempengaruhi massa. Bahasa dipergunakan untuk  ketidak mampuan dan keyakinkan orang lain. Ketidak mampuan mempergunakan bahasa, sehingga tidak jelas mengungkapkan masalah  atau pikiran akan membawa dampak negative dalam hidup dan karya seorang pemimpin.

2.      Kemampuan pribadi
            Menguasai ilmu retorika dan keterampilan dalam mempergunakan bahasa secara tepat, dapat meningkatkan kemampuan pribadi orang yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungannya antara lain:
·         Rasa tertekan, tegang, takut dan cemas di depan public dapat dikuragi atau dilenyapka
·         Rasa pasti pada diri dapat dipupuk dan bertumbuh
·         Kesadaran dan kepercayaan terhadap diri dapat semakin bertamabah
·         Dia dapat mengalami perkembangan dalam hal teknik berbicara
·         Artikulasi dalam mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas
·         Bahasanya memiliki daya persuasi
·         Lewat komunikasi retoris kemampuan pendagogis dan psikologis dapat di bina
·         Kemampuan untuk berbicara secara spontan dapat dikembangkan
·         Kemampuan memberi motivasi dapat dipertinggi
·         Dapat menjadi lebih terampil dan cekatan dalam mengemukakan dan memepertahankan pendapat atau ide
·         Dapat memperluas perbendaharaan kata
·         Dapat mengkoordinasi dengan lebih mudah mimik dan gerak- gerik selama berbicara atau berdialog
·         Kesediaan untuk mendengarkan orang lain dapat dikembangkan
·         Keterampilan untuk mengolah artikel dapat dikembangkan

3.      Keberhasilan pribadi
            Orang yang menguasai ilmu retorika dapat terampil dalam mempergunakan bahasa, dapat mengalami banyak sukses dalam hidup dan karyanya, antara lain:
·         Mengalami kemudahandalam proses berkomunikasi
·       Baginya terbuka kesempatan dan kemungkinan yang lebih luas untuk mendapat kerja
·       Dapat lebih berhasil dalam usaha-usaha pribadi
·       Lebih mudah mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang lain
·       Memperoleh kemungkinan lebih besar untuk menanam pengaru
·       Pengertian terhadap orang lain semakin terbina
·       Dapat terbina sikap batin yang positif terhadap sesame dan dunia sekitar, yang dapat memperbesar sukses dalam hidup dan karyanya.

4.      Tugas dan Jabatan
·      Dalam mengemban suatu tugas  atau jabatan, penguasaan ilmu retorika dapat member keuntungan-keuntungan sebagai berikut
·      Orang dapat mengemukakan pikiran secara singkat, jelas tetapi padat sehingga mudah menyakinkan orang lain
·      Orang memiliki keterampilan dan kekuatan dalam mempertahankan pikiran atau pendapat
·      Orang dapat membina relasi yang menguntungkan dengan organisasi, perusahaan, institut atau partai-partai politik
·      Penguasaan yang lebih baik tentang seni membawakan ceramah atau pidato dalam situasi atau kesempatan-kesempatan penting
·      Membantu dalam memperluas orientasi dan wawasan
·      Mempertinggi keterampilan para produsen untuk menjual dan menawarkan hasil-hasil produksinya
·      Memperluas pengetahuan, khususnya mengenai sumber-sumber informasi
·      Memperkecil kemungkinan kesalahan komunikasi, yang dapat membawa dampak negatif bagi tugas dan jabtan.

5.      Kehidupan pada umumnya
            Secara umum penguasaan ilmu retorika dapat mendatangkan keuntungan-keuntungan di bawah ini:
o  Memberi kesempatan dan kemungkinan untuk mengontrol diri
o  Dalam proses komunikasi yang sering , orang dapat menjadi semakin terbuka terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain
o  Menghantar orang yang bersangkutan ke dalam bidang interese yang baru
o  Mengaktifkan dan mengembangkan kesanggupan-kesanggupan laten
o  Lewat proses komunikasi retoris dapat terbina sikap objektif dan toleran
o  Menjadi lebih lincah dalam pergaulan dan komunikasi antarmanusia

C. Retorika Sebagai Satu Proses Komunikasi
1).  Apa itu komunikasi?
            Komunikai adalah proses pengalihan makna antar pribadi manusia atau tukar-menukar berita dalam sistem informasi. Ada empat faktor yang menjadi persyaratan terjadinya satu proses komunikasi yaitu:
·         Komunikator (K), adalah orang atau pribadi yang mengatakan, atau mengucapkan sesuatu.
·         Warta, pesan atau informasi (I), yaitu apa yang diucapkan; apa yang disampaikan.
·         Resifiens (R), adalah oraang yang mendengar atau menerima apa yng dikatakan atau disampaikan oleh komunikator.
·         Medium (M), adalah tanda yang dipergunakan oleh komunuikator untuk menyampaaikan warta atau pesan.
            Supaya komunikasi dapat tejadi, dalam arti terjadi saling pengertian antara komunikator dan resipiens, harus ada perbendaharaan tanda (T), yang dimiliki oleh komunikator dan resipiens dan dapat dimengerti oleh keduanya. Komunikasi adalah saling hubungan antara komunikator dan resipiens, di mana komunikator menyampaikan sesuatu pesan kepada resipiens, melalui medium untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2). Retorika sebagai proses komunikasi
Aspek-aspek komunikasi retoris sebagai berikut:Seorang pembicara, menyampaikan kepada ;
·      Seorang pendengar sebagai kawan bicara atau pelanggan;
o  Sesuatu;
o  Dengan maksud dan tujuan tertentu (menjual mobil);
o   Memberikan argumen –argumen terhadap pembicaraan
Sambil mendengar dan mempertimbangkan argumen-argumen balik dari pendengar;

3)   .Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Retoris
            Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektivitasdalam proses komunikasi retoris. Faktor-faktor ini terdapat pada setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan resipiens.
A.    Pada komunikator
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris adalah:
1.    Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
            Yang dimaksud adalah penguasaan bahas dan keterampilan mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengam kebutuhan mereka.
2.    Sikap komunikator
            Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri, sikap mantap dan mengyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan menerima anjuran dapat memberi dampak yang besardalam proses komunikasi retoris.
3.      Pengetahuan umum
            Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya memiliki pengetahuan umum yang luas karena begitu dia dapat mengenal dan menyelami situasi pendengar dab dapat mengerti mereka dengan lebih baik.
4.      Sistem sosial
            Sistem komunikator berada dan hidup di dalam system masyarakat tertentu. Posisi, pangkat atau jabatan yang dimiliki komunikator di dalam masyarakat sangat mempengaruhi berpengaruh atau tidak).
5.       Sistem kebudayaan
            Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki seorang komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris.
4.        Faktor-faktor pada Resipiens
            Faktor-faktor ini pada umumnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator.
A.  Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi
            Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa yang dipergunakan oleh komunikator tidaak dimengerti oleh resipiens. Dalam hubungan dengan hal ini, perlu diperhatika bahwa pendengar mempunyai cara memndengar dan mengerti sendiri, yang dapata berbeda dari apa yang sebenarnya dimaksud oleh komunikator.
B.  Sikap resipiens
            Faktor ini juga dapat menentukan aktivitas komunikasi retoris. Sikap-sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik akan member pengaruh positif dalam proses komunikasi; sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tetutup, jengkel, tidak simpatik tehadap komunikator akan mendatangkan pengaruh negatif.
C.  Sistem Sosial dan Kebudayan
            Sistem sosial dan kebudayaan tetentu dapat menghasilkan sifat dan karakter khusus pada resipiens. Orang dapat bersifat patuh, rendah hati, suka mendengar, tidak banyak bicara atau tidak berani menantang. Di lain pihak orang bisa menjadi kritis, suka membantah dan tidak mudah tunduk pada pimpinan.
D.     Faktor –faktor Pada Pesan dan Medium
            Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium . kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara khusus dalam proses komunikasi retoris.
1.      Elemen-elemen pesan
            Komunikator menerjemahkan pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini , komunikator harus memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat membawa efek yang besar.
2.      Struktur pesan
            Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan adalah susunan organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan
3.      Isi pesan
            Isi pesan yang diungkapkan lewat medium harus dipertenggangkan dengan situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak terlalu sulit, dan tidak mengandung terlalu banyak kebenaran, karena dapat membingungkan resipiens.
4.      Proses pembeberan
          Yang dimaksudkan adalah cara membwakan dan mengemukakan pesan dari komunikator. Ada tiga kemungkinan yang dapat dipilih yaitu membawakan secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketika kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi.
5.      Kegunaan Komunikasi Retorika
Mengapa komunikasi retoris itu penting? KONRAD LORENZ mengatakan : “apa yang diucapkan tidak berarti juga didengar ; apa yang didengar, tidak berarti juga dimengerti; apa yang dimengerti tidak berarti juga disetujui; apa yang disetujui tidak berarti juga diterima; apa yang diterima tidak berarti juga dihayati; apa yang dihayati tidak berarti juga mengubah  tingkah laku.”
Kalimat-kalimat ini mau mengungkapkan kesulitan dalam proses komunikasi antar manusia. Antara ide atau pikiran dan realisasinya yang kongkret terbentang satu jalan panjang, yang memiliki berbagai macam kesulitan dalam  penyampaian, sehingga dapat mengurangi efektivitas dalam proses komunikasi.
            Oleh karena itu komunikasi retoris itu penting supaya apa yang diucapkan dapat dimengerti; apa yang dimengerti dapat disetujui; apa yang disetujui dapat diterima; apa yang diterima dapat dihayatidan apa yang dihayati dapat mengubah tingkah laku.  
6.      Retorika dan Ilmu Bahasa
Sebelum sampai pada era retorika modern, pernah muncuk suatu anggpan dan mitos bahwa “rhetoric, it is argued, deal with ornamental language rather than with substantive ideas” (Golden, dkk, 1983:2). Anggapan semacam ini begitu diyakini abad pertengahan di Jerman sebagaimana dikemukakan oleh Erost Robert Curtius bahwa retorika diasosiasikan dengan bahasa yang berbunga0bunga, cita rasa verbal dan ungkapan yang bombastis saja (Golden, dkk, 1983:2; Syafie, 1988:3). Dalam sejarah perkembangan studi tutr dan bahasa pernah muncul suatu anggapan bahwa retorika adalah bagian dari tatabahasa (Oka dan Basuki, 1990:65). Di Indonesia gejala seperti ini tumbuh dan berkembang sehingga menimbulkan kesimpangsiuran, apakah retorika merupakan cabang ilmu tersendiri yang objek alamiahnya bahasa ataukah merupakan cabang ilmu bahasa? Kemudian bagaimanakah kaitannya dengan ilmu bahasa?
Pada umumnya orang beranggapan bahwa “retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional diberikan pada suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu penegtahuan yang tersusun baik (Keraf, 1983:1). Berkembangnya anggapan semacam ini menuntut perlunya perbedaan yang tegas antara retorika dengan ilmu bahasa atau tatabahasa. Kalau mau berbicara benar, retorika bukanlah bagian dari tatabahasa dan juga bukan alat dan tatabahasa (oka, 1976:74; Oka dan Basuki, 1990:66). Sebagai ilmu, keduanya secara prinsip bereda, baik materi kajian merupakan kaidahnya. Meskipun demikian karena keduanya berurusan dengan bahasa, maka batas kajiannya sering kali dikacaukan, sebagaimana pengertian retorika pada umumnya, maka terdapat “dua aspek yang perlu diketahui seseorang dalam retorika, yaitu pengetahuan mengenai objek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tadi” (Keraf, 1985:1). Oleh sebab itu, “retorika selalu menganjurkan penutur untuk memilih materi bahasa yang tepat, menatanya menjadi kalimat-kalimat yang retorika dan menampilkannya dengan gaya tutur yang meyakinkan” (Oka, 1976:75).

BAB III
PENUTUP
A.                Simpulan
      Istilah “komunikasi” sendiri pada hakikatnya mengandung arti ganda. Komunikasi bisa di artikan sebagai hubungan antar bagian-bagian mesin, seperti as gardan pada mobil, pemindahan tenaga listrik pada perkakas dapur, jalan penghubung kota; dan pengaruh suatu organisme lainnya. Dalam hal pengertian yang terakhir, kita dapat mengenal adanya komunikasi di kalangan hewan, dari kicauan burung, kokok ayam, raungan kucing, sampai pada gonggongan anjing yang mengandung peringatan atau hardikan. Karena itu kita bisa lebih kenal lagi pada konsep dasar  yang  membatasi komunikasi dengan interaksi di kalangan manusia .
Dengan demikian komunikasi di kalangan manusia merupakan upaya mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang lain dengan menggunakan sinyal dan atau simbol yang dirasakan melalui pikiran sehat orang lain itu, sadar ataupun tidak (jones, 1978: 6)
B.       Saran      
           Penulis menyarankan kepada pembaca agar membacanya dengan teliti makalah ini dan agar pembaca dapat mengetahui dengan jelas mengenai prinsip dasar komunikasi, hakikat retorika serta sejarah perkembangan retroika.


DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus,  Dori Wuwur. 1990. Retorika, keterampilan berpidato, berdiskusi,                         berargumentasi, bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius 



Author:

Facebook Comment