BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kita semua telah
mengetahui bersama bahwa Al Qur’an merupakan kitab yang terakhir diturunkan
oleh Allah, kitab ini dapat dikatakan sudah mewakili kitab-kitab sebelumnya,
dari segi pokok-pokok ajaran tauhidnya.
Al-Qur’an juga merupakan salah satu mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang paling besar, karena kitab ini tidak akan hilang bersama
dengan berkembangnya zaman ini. Kitab ini secara umum tidak hanya berisikan
perintah dan larangan Allah semata, di dalam kitab ini juga disebutkan beberapa
kisah ummat terdahulu yang bisa kita ambil hikmah dari kisah tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupan beragama.
Berdasar dari uraian diatas, penyusun menyusun makalah
ini didasarkan atas keinginan penyusun untuk memudahkan kawan-kawan yang sedang
mempelajari ilmu ini (Ulumul Qur’an) dalam mencari materi yang bisa
dijadikan sebagai bahan rujukan mereka.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian kisah dalam Al-Qur’an ?
2.
Apa sajakah macam-macam
kisah dalam Al-Qur’an?
3.
Bagaimanakah
karakteristik kisah dalam Al-Qur’an ?
4.
Apa tujuan kisah dalam
Al-Qur’an?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian kisah dalam Al-Qur’an.
2. Untuk
mengetahui macam-macam kisah dalam Al-Qur’an.
3. Untuk
mengetahui karakteristik kisah dalam Al-Qur’an.
4. Untuk
mengetahui hikmah mempelajari kisah dalam Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kisah dalam Al-Qur’an[1]
Kata Kisah secara etimologis (bahasa)
berasal dari Bahasa Arab, yaitu berasal dari kata القص yang berarti mengikuti jejak, seperti
disebutkan sebuah kalimat قصصت
أثره artinya
saya mengikuti jejaknya. Secara etimologis penggunaan kata ini terdapat
dalam firman Allah SWT :
قَالَ
ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا قَصَصًا
Artinya : “Musa berkata : itulah (tempat) yang kita
cari. Lalu keduanya kembali mengkuti jejak mereka semula” (Q.S. Al-Kahfi : 64)
وَقَالَتْ
لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya : “Dan berkatalah Ibu Musa kepada Saudara Musa
yang perempuan : ikutilah dia, maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang
mereka tidak mengetahuinya” (Q.S. Al-Qashash : 11)
Kata قصة atau قصص juga berarti الاخبار
المتتبعة (berita yang berurutan),
seperti disebutkan dalam firman Allah :
إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah berita yang benar…”
(Q.S. Ali Imran :62)
لَقَدْ
كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf : 111)
Dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti
berita-berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut.
Sedangkan Qashash dalam Al Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an
mengenai hal ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian)
yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
B. Macam-Macam Kisah dalam Al Qur’an[2]
Diambil dari sebuah buku yang membahas Ulumul
Qur’an, dijelaskan bahwa kisah-kisah dalam Al Qur’an itu terbagi menjadi
tiga bagian, penjelasnnya adalah sebagai berikut:
1. Kisah-Kisah Para Nabi dan Rasul Terdahulu
Tentunya kita semua tahu bahwa tidak
semua Nabi dan Rasul itu disebutkan kisahnya di dalam
Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah 25 orang,
dimulai dari Nabi Adam a.s. sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dari 25 orang ini, secara garis besar dilihat
dari sisi panjang atau singkatnya kisahnya, dapat dijadikan menjadi tiga
kelompok :
a. Kisah yang
disebutkan dengan panjang lebar, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah
kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman,
serta Isa ‘alaihimu al-salam. Namun diantara yang lainnya, kisah
Nabi Yusuf adalah kisah yang paling panjang, karena diceritakan dengan lengkap,
mulai dari masa kecilnya sampai menjadi penguasa di mesir dan dapat berkumpul
dengan Bapak dan Saudara-saudaranya.
b. Kisah yang
disebutkan dengan sedang, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari
Nabi Hud, Luth, Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu
al-salam.
c. Kisah yang
disebutkan dengan sekilas, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah
dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.
Sedangkan kisah dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan
kedalam bagian yang pertama (diceritakan secarapanjang lebar), Karena
diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman
beliau, seperti peristiwa yang yang dialami beliau waktu kecil, permulaan
dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang dialami serta beberapa gambaran
kehidupan keluarga beliau.
2. Kisah
Ummat, Tokoh, atau Pribadi (bukan Nabi) dan Peristiwa-Peristiwa Masa Lalu[3]
Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al
Qur’an adalah dua orang putra Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al
Qur’an menceritakan kisah ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena
akibat dari sifat dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi dalam
sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang
diceritakan dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :
a. Kisah Qarun yang
hidup pada zaman Nabi Musa As
b. Kisah peperangan
antara Jalut dan Thalut
c. Kisah
tentang Ashabul Kahfi
d. Kisah Raja Dzul
Qarnain
e. Kisah
kaum Ashabul Ukhdud
f. Kisah Maryam yang
diasuh oleh Nabi Zakariya
Dan beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan
oleh penulis secara lengkap.
3. Kisah-Kisah yang Terjadi Pada Zaman Nabi Muhammad SAW.
Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad
juga disebutkan dalam Al- Qur’an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir
Tentara Bergajah melakukan penyerbuan ke Makkah yang bertujuan untuk
menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Diceritakan pula kisah
Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya sebagai anak yatim yang miskin dan
belum mendapat bimbingan wahyu, dengan bahasa yang singkat dan puitis.
Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi
Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar, perang uhud,
perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga kisah-kisah seputar
fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis
secara lengkap.
Dari
ketiga macam kisah-kisah Al-Qur’an diatas kami akan memaparkan salah satu kisah
yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw. yaitu kisah tentang kegagalan
Abrahah menghancurkan Ka’bah yang terdapat dalam Q.S. Al-Fill ayat 1-5:[4]
وَأَرْسَلَ (2) تَضْلِيلٍ فِي كَيْدَهُمْ يَجْعَلْ أَلَمْ (1) الْفِيلِ بِأَصْحَابِ رَبُّكَ فَعَلَ كَيْفَ تَرَ أَلَمْ
عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ
سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka
(untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka
burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal)
dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat).” (QS. Al
Fiil: 1-5).
Abrahah
adalah seorang gubernur atau wakil raja Najasyi (kerajaan Habsyi) yang berkuasa
di wilayah Arab bagian Selatan. Dan untuk menunjukkan pengabdiannya kepada raja
Najasyi, Abrahah membangun sebuah gereja yang besar dan megah yang tidak ada
tandingannya. Gereja itu dibangun di “Shan’a” dengan diberi nama “Qullais”.
Dibangunnya gereja itu bertujuan untuk kepentingan kerajaan Habsyi, karena
sebagian besar rakyatnya beragama Kristen, disamping itu juga untuk menandingi
dan memalingkan orang-orang Arab yang selama itu berhaji ke Mekah, agar supaya
mereka berpindah ke gereja Qullais.
Kemudian
para pemuka bengsa Arab marah ketika mendengar berita tentang dibangunnya sebuah
gereja di wilayah Arab Selatan, dengan tujuan untuk memalingkan orang-orang
Arab agar tidak berhaji ke Mekah, melainkan pergi ke gereja Qullais yang
dibangun oleh Abrahah. Maka bangkitlah salah seorang dari pemuka bangsa Arab (
dari kabilah Bani Faqim bin ‘Adiyy) dengan melakukan cara sembunyi-sembunyi
pergi menyelinap ke dalam gereja Qullais tadi yang dibangun oleh Abrahah, lalu
ia buang hajat di dalam gereja itu, dan sesudah itu, ia cepat-cepat pergi meninggalkan
tempat itu, dan kembali ke daerahnya.
Maka
Abrahah sangat marah ketika mendengar berita bahwa yang memberikan kotoran di
dalam gereja itu adalah salah seorang penghuni dan pembela rumah yang dihormati
itu (Ka’bah). Tetapi sebelum itu ia mengirimkan utusannya ke Bani Kinanah untuk
mengajak mereka memelopori haji ke gereja Qullais, namun utusannya dibunuh oleh Bani Kinanah.
Dengan demikian semakin bertambah murkanya Abrahah melihat kejadian itu. Maka
dengan segeranya ia memerintahkan pasukan bergajahnya untuk berangkat menuju ke
kota Makkah guna menghancurkan Ka’bah.
Ketika
orang-orang Arab mendengar keberangkatan Abrahah dengan pasukan bergajahnya
yang berjumah besar, maka mereka orang-orang Arab berusaha menghadang mereka
dengan cara perang, namun mereka gagal dan kalah dalam perang melawan Abrahah
beserta pasukannya, sehingga Abrahah dan bala tentaranya terus melanjutkan
perjalanan menuju kota Makkah.[5]
Ketika
Abrahah dan bala tentaranya sudah mendekati kota Makkah, maka Abdul Muthallib (
seorang pemuka suku Quraisy) memerintahkan kepada penduduk Makkah supaya mereka
pergi meninggalkan Makkah dan bersembunyi ke bukit-bukit yang sangat jauh, agar
nantinya mereka tidak terinjak-injak oleh tentara bergajah yang dipimpin oleh
Abrahah. Setelah Abdul Muthallib memerintahkan penduduknya, maka ia dan beberapa
pemuka suku Quraisy lainnya pergi ke Ka’bah dengan berdo’a kepada Allah SWT.
sambil memegang kuat-kuat pintu Ka’bah seraya berdo’a “ Ya Tuhanku, tidak ada
yang aku harap selain Engkau. Sesungguhnya siapa yang memusuhi rumah ini adalah
musuh Engkau. Mreka tidak akan dapat menaklukan kekuatan Engkau.”
Sesudah
itu Abdul Muthallib dan para pemuka suku Quraisy pergi meninggalkan Ka’bah dan
menuju bukit-bukit yang sangat jauh dari Makkah, dan mereka menyaksikan
kedatangan Abrahah dan bala tentaranya masuk ke kota Makkah.
Ketika
Abrahah dan bala tentaranya akan memasuki kota Makkah, maka tiba-tiba gajahnya
yang diberi nama “Mahmud” tidak mau berangkat dan ia terus tengkurup dan tidak
mau berdiri. Tapi anehnya, ketika gajah tersebut disuruh menghadap ke Yaman dan
Syam, maka ia terus berdiri dan berjalan, sekalipun Abrahah memukul kepalanya.
Karena hal itu sebelumnya gajah tersebut sudah dibisikkan ke dalam telinganya
oleh Nufail bin Habib bahwa ia akan diajak oleh Abrahah ke kota Makkah untuk
menghancurkan Ka’bah. Dari sinilah gajah itu memiliki keaneh-anehan sehingga ia
tidak mau mengikuti Abrahah.
Denga
keadaan demikian, Abrahah dan bala tentaranya telah melihat dan menyaksikan
beribu-ribu ekor burung Ababil terbang di udara dengan masing-masing membawa
tiga butir batu; sebutir batu di mulutnya dan dua butir batu lainnya dicengkram
oleh kedua kakinya. Dan tiba-tiba dengan serentak butiran batu itu ia lemparkan
kepada Abrahah dan bala tentaranya, sehingga dalam sekejap saja mereka lari
ketakutan dan kepanasan, pada akhirnya mereka binasa akibat lemparan batu kecil
yang sangat panas. [6]
C. Karakteristik Kisah dalam Al-Qur’an
Beberapa karakteristik kisah-kisah yang
disebutkan dalam Al Qur’an antara lain :
1. Kisah dalam Al Qur’an diceritakan sesuai dengan kejadian sebenarnya, namun tidak ditulis secara berurut di dalamnya.
2. Sebuah kisah terkadang berulang-ulang
diceritakan dalam Al Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang
berbeda-beda.
Kedua karakteristik inilah yang sering menimbulkan
pedebatan antara orang-orang yang meyakini kebenaran Al Qur’an dan orang-orang
yang meragukan kebenaran Al Qur’an, mengapa kisah-kisah tersebut (dalam Al
Qur’an) tidak diceritakan secara kronologis dan sistematis sehingga mudah untuk
dipahami, dan juga mereka memandang bahwa pengulangan kisah-kisah itu kurang
efektif dan efisien.
Kemudian
mengenai fiktif atau tidaknya kisah-kisah tersebut, Ahmad Khalafullah
menyatakan bahwa kisah-kisah dalam Al Qur’an merupakan karya seni yang tunduk pada daya cipta dan
kreativitas yang ada dalam seni, tanpa harus memeganginya sebagai kebenaran
sejarah, ia juga menyatakan bahwa ulama’ terdahulu telah berbuat salah dengan
menganggap bahwa kisah dalam Al Qur’an bisa dipegangi. Namun demikian, dalam Al Qur’an telah banyak dijelaskan tentang kebenaran ayat Al Qur’an :[7]
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ
فَآَمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya : “Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang
Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka
berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka
kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di
langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. An-Nisa’ : 170)
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ
شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى
اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu”. (Q.S. Al Ma’idah : 48)
Disamping secara umum firman Allah adalah kebenarang,
Allah SWT juga menegaskan secara khusus bahwa kisah dalam Al Qur’an adalah
kebenaran seperti dalam ayat berikut :[8]
إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ
اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar,
dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah,
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron : 62)
نَحْنُ
نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آَمَنُوا بِرَبِّهِمْ
وَزِدْنَاهُمْ ه
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita
ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada
Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Q.S. Al Kahfi : 13)
وَالَّذِي
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ
يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ
Artinya : “ Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
Yaitu Al kitab (Al Quran) Itulah yang benar, dengan membenarkan Kitab-Kitab
yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha mengetahui lagi Maha
melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Fatir : 31)
Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan
Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dalam beritanya tidak ada kecuali
sebuah kebenaran.
E. Tujuan Kisah dalam Al Qur’an[9]
Menurut A. Hanafi, M.A. dalam bukunya Segi-Segi
Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, tujuan kisah Al-Qur’an ialah :
1.
Memantapkan kerasulan Nabi Muhammad saw.dan menegaskan bahwa ia menerima
wahyu. Muhammad sendiri tidak bisa menulis dan membaca, dan diketahui ia tidak
pernah mengambil ucapan atau kisah dari pembesar-pembesar agama Yahudi dan
Nasrani. Kemudian, datanglah kisah-kisah dalm Al-Qur’an sebagiannya
panjang-panjang dan terperinci, seperti kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi
Isa. Adanya kisah-kisah dalam Al-Qur’an ini menjadi bukti bahwa kisah-kisah
tersebut merupakan wahyu yang diturunkan Allah.
2.
Menerangkan bahwa semua agama yang dibawa para Rasul dan Nabi adalah
datang dari Allah, yaitu sejak dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad saw. dan
bahwa orang-orang mukmin seluruhnya adalah umat yang satu dan Allah swt.
menjadi Tuhan mereka semua.
3.
Menerangkan, bahwa agama-agama itu
dari Allah swt. sumbernya maka dasarnya adalah sama. Karena itu pada
kisah-kisah Nabi kepercayaan yang pokok selalu diulang-ulang yaitu iman kepada
Allah yang esa.
4.
Menerangkan, bahwa pada akhirnya Allah menolong nabi-nabi-Nya dan
menghancurkan orang-orang yang mendustakannya. Hal ini adalah untuk memantapkan
hati Nabi Muhammad saw. dan umatnya.
5.
Untuk mengingatkan umat manusia akan bahaya iblis yang suka menyesatkan
manusia. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an ini juga menunjukkan permusuhan abadi
antara iblis dengan manusia sejak zaman Nabi Adam.
6.
Menerangkan kekuasaan Allah swt. untuk menciptakan peristiwa-peristiwa
yang luar biasa, seperti kisah terciptanya Nabi Adam, kelahiran Nabi Isa, dll.
7.
Sebagai pelajaran (Ibrah) dan peringatan bagi generasi Islam mendatang.
Hal ini sesuai dalam Q.S.Al-Qamar :17 , yang berbunyi :
مُدَّكِرٍ مِنْ فَهَلْ
لِلذِّكْرِ الْقُرْآنَ يَسَّرْنَا وَلَقَدْ
Artinya “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan
Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”[10]
Dan juga diterangkan dalam Al-Qur’an surah Hud:120,
yang artinya “Dan semua kisah-kisah
dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian
kisah dalam Al-Qur’an :
Kata Kisah secara etimologis (bahasa) berasal dari
Bahasa Arab, yaitu berasal dari kata القص yang berarti mengikuti jejak. Dari segi
terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-berita mengenai permasalahan dalam
masa-masa yang saling berturut-turut.
2.
Macam –macam kisah dalam Al-Qur’an, antara lain:
·
Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
·
Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa- peristiwa masa lalu.
·
Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw.
3. Karakteristik kisah dalam Al-Qur’an :
·
Kisah dalam Al
Qur’an
diceritakan sesuai dengan kejadian sebenarnya, namun tidak ditulis secara berurut di dalamnya.
·
Sebuah kisah
terkadang berulang-ulang diceritakan dalam Al Qur’an dan dikemukakan dalam
berbagai bentuk yang berbeda-beda.
4. Tujuan
kisah dalam Al-Qur’an :
·
Memantapkan kerasulan Nabi Muhammad saw.dan menegaskan bahwa ia menerima wahyu.
·
Menerangkan bahwa semua agama yang dibawa para Rasul dan Nabi adalah
datang dari Allah swt.
·
Menerangkan, bahwa agama-agama itu
dari Allah swt. sumbernya maka dasarnya adalah sama.
·
Menerangkan, bahwa pada akhirnya Allah menolong nabi-nabi-Nya dan
menghancurkan orang-orang yang mendustakannya.
·
Untuk mengingatkan umat manusia akan bahaya iblis yang suka menyesatkan
manusia.
·
Menerangkan kekuasaan Allah swt.
·
Sebagai pelajaran (Ibrah) dan peringatan bagi generasi Islam mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an surah Al-Qamar ayat:17
Hasbi
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad. 2002. Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Hanafi,
A.. 1984. Segi-Segi Kesusastraan Pada
Kisah-Kisah Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
http:// Kisah-Kisah dalam
Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an. (diunduh 10/11/15; selasa,21:06
WIB)
Khalil
manna’ al-Qatta.2012.study ilmu-ilmu Qur’an.jakarta: pustaka
litera Antar Nusa
Rochman,
Fatchur. 1995. Kisah-Kisah Nyata dalam
Al-Qur’an. Surabaya: Apollo.
Catatan Kaki
[1] Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2002) h.191
[2]Manna’ khalil al-Qattan,.study
ilmu-ilmu Qur’an.(jakarta: pustaka litera Antar Nusa 2012.)hlm 436.
http:// Kisah-Kisah dalam
Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an. (diunduh 10/11/15;selasa , 21:06
WIB)
[3] Ibid. (diunduh
10/11/15; selasa,21:06 WIB)
[4] Fatchur
Rochman, Kisah-Kisah Nyata dalam Al-Qur’an (Surabaya:Apollo,
1995) h.274
[5] Ibid. h.275-276
[6] Ibid. h. 276
[7] http://
Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an ,islam ku,,, alqashasu fi Al-Qur’an. (diunduh10/11/15;
selasa,21:06 WIB)
[8] Ibid.
(diunduh 10/11/15;selasa, 21:06 WIB)
[9] A.Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1984) h.68-74
Kumpulan Makalah
Kumpulan Skripsi
macam-macam dan karakteristik Kisah-kisah dalam al-qur’an
Makalah
Pengertian