Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

      A.    Deskripsi Tari Moyo (Tari Elang) di Kota Medan
a.       Isi Cerita
Tari Moyo (Tari Elang) merupakan salah satu tari budaya masyarakat Nias yang dibawakan oleh wanita-wanita dari suku Nias. Setiap gerakan yang ditampilkan dalam tarian ini memiliki arti tentang keanggunan dan kesederhanaan yang dimiliki wanita-wanita dari budaya Nias. Tarian ini pada awalnya banyak ditemuan dalam acara-acara pernikahan  adat Nias.
Setiap pertunjukan tarian ini pada awalnya musik pengiringnya hanyalah menggunakan penyanyi dan tidak memakai iringan alat musik tradisional Nias.  Namun seiring dengan perkembangan zaman, Tari Moyo (Tari Elang) ini sudah mengalami suatu pergeseran fungsi musik Gondra.
b.      Isi Pesan
Isi  Pesan dalam Tarian ini adalah  tentang keanggunan dari gadis nias yang memiliki jiwa sederhana dan tanggung jawab terhadap keluarganya. Karena dengan memiliki jiwa sederhana dan rasa tanggung jawab yang besar maka para gadis-gadis Nias berharap memiliki pendamping yang baik yang sesuai dengan harapan mereka.



c.       Bahasa Nias
Bahasa Nias atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa  didunia yang masih belum diketahui persis dari mana asal bahasa ini. bahasa ini dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena  merupakan satu-satunya bahasa didunia yang setiap huruf berakhiran huruf vokal. Suku Nias mengenal enam huruf vokal, bukan lima seperti didaerah di Indonesia lainnya. Suku Nias mengenal huruf vokal a,i,u,e,o dan ditambah dengan ӧ (dibaca dengan “e” seperti dalam penyebutan “ enam “.

     B.     Sejarah Tari Moyo (Tari Elang) Di Kota Medan
Setelah melakukan wawancara dengan bapak Nesi Sarumaha selaku salah satu alumni angkatan pertama dari sanggar fanayama yang saya wawancarai pada tanggal 06 Juli  2015 di Sanggar Tari Fanayama menjelaskan bahwa suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di Pulau Nias, propinsi Sumatera Utara. Dikebudayaan Nias tarian tradisional merupakan hal yang paling penting dan masih ada sampai sekarang, Salah satu contohnya adalah Fanari moyo (Tari elang).
Tari moyo (Tari elang) adalah sebuah tarian yang pada awalnya berasal dari daerah Nias selatan dan berkembang sampai pada Nias utara. Tarian ini dulunya dibawakan oleh 20 orang penari wanita. Dan sejarah awalnya kemunculan tarian ini yaitu tarian ini biasanya dibawakan oleh dayang-dayang dalam salah satu kerajaan dinias. Tarian ini ditampilkan pada saat sang raja atau ratu hendak pergi keluar kerajaan dengan diiringi tarian ini.
Setelah mengalami suatu pergeseran tarian ini tidak lagi dikhususkan pada kerajaan-kerajaan, namun Tari Moyo (Tari Elang) seringkali menjadi pertunjukan hiburan diakhir acara ketika suku Nias menyelenggarakan pesta adat perkawinan. Tari Moyo (Tari Elang) dapat dikatakan sebuah tarian yang sifatnya menghibur.
Gambar 4.1: Wawancara dengan Pak Nesi Sarumaha

(Sumber : Doc. Marlina Uli Silaen)
Tarian Moyo (Tari Elang) sesekali bisa juga menjadi tarian penyambutan tamu pada  pesta pernikahan adat Nias. Dalam sebuah pertunjukan, Tarian Moyo (Tari Elang) ditarikan oleh beberapa wanita dari suku nias sendiri. Menurut bapak Nesi Sarumaha Tari Moyo (Tari Elang) ini memiliki kesederhanaan gerakan maka dari kesederhanaan inilah yang menjadi daya tarik utama dari Tari Moyo        (Tari Elang), syair lagu tari moyo sendiri sekarang sudah dapat dinyanyikan dari penari Tari Moyo (Tari Elang) lirik lagunya dinyanyikan dalam bahasa Nias.
Tidak semua wanita dari suku Nias dapat menjadi anggota penari moyo karena menjadi seorang penari harus fasih berbahasa Nias, karena sebagai anggota seseorang bukan hanya dituntut sebagai penari saja tetapi harus bisa menjadi penyanyi dalam penyair dalam penampilan tarian. Tari Moyo ini juga sudah banyak ditampilkan dalam acara-acara pernikahan masyarakat Nias. Karena tarian ini digunakan sebagai penghantar mempelai kedepan pintu pernikahan.
Pada saat Penari Moyo (Tari elang) menampilkan gerakan dari Tari Moyo (Tari Elang) maka dengan lantang para-penari Moyo (Tari Elang) menyanyikan beberapa syair lagu. Mulai dari awal pertunjukan tari sampai sang pengantin sampai kepintu pelaminan. Sedangkan dalam fungsi musiknya tari moyo        (Tari Elang) pada awalnya hanya diirngi musik saja sedangkan setelah perkembangan zaman pergeseran fungsi musik pada tari moyo (Tari Elang) sudah dipadukan dengan alat musik tradisional Nias yaitu Gondra, dimana gondra alat musik yang paling dominan atau yang paling penting setiap pertunjukan tari moyo (Tari Elang).
C.    Penari Moyo (Tari Elang)
Menurut bapak Nesi Sarumaha tari moyo (Tari Elang) ditarikan oleh beberapa gadis nias yang dilakukan secara berkelompok. Jumlah penarinya paling banyak 8 (delapan) orang, Letak posisi perempuan dalam barisan penampilan tari moyo selalu berada didepan para tamu sebagai tari penyambutan. Dalam setiap pemilihan anggota penari moyo umur tidak begitu diutamakan karena bukan hanya remaja saja yang dapat menjadi penari moyo bahkan wanita yang sudah memiliki umur +45 tahun juga boleh menjadi penari moyo
Posisi penari moyo tidak bisa bercampur karena akan menimbulkan kegaduhan antar penarinya, mengapa dikatakan demikian karena pada pertengahan koreo Tari Moyo (Tari Elang) para penari melakukan gerakan berputar jadi setiap jarak dari penari satu dan penari yang satunya lagi harus lumayan jauh supaya tidak menimbulkan kegaduhan antar beberapa penari.
D.    Deskripsi Gerak Tari Moyo (Tari Elang)
Tari Moyo (Tari Elang) memiliki gerak yang sangat sederhana, hanya terdiri dari gerakan tangan dan kaki kemudian diikuti oleh lantunan syair lagu yang dinyanyikan penyanyi vokal dan beberapa pemain alat musik tradisional nias sebagai iringan Tari Moyo (Tari Elang) saat diiringi pemain musik dan lantunan syair tari moyo maka para penari juga ikut menyanyikan lantunan syair lagu sambil jalan sampai para pengantin sampai kepelaminan. Hentakkan kaki dan gerakan tangan yang sederhana penari melakukannya sesuai dengan irama dan keseragaman dalam setiap gerakan Tari Moyo (Tari Elang) juga harus diutamakan agar terlihat kekompakan pada saat penampilan.
 
     E.     Beberapa Gerakan Dalam Tari Moyo (Tari elang)
 Gambar 4.2 : Para penari mengambil posisi setelah memberi hormat kepada hadirin (Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)







Gambar 4.3    : Para Penari memulai gerakan kedua tangan membentuk gerakan bagaikan sayap burung yang mau terbang (Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)



 
Gambar 4.4: Para Penari  melakukan gerakan selanjutnya dengan saling berhadapan (Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)



Gambar 4.5    : Para Penari  melakukan gerakan berputar(Dokumentasi foto: Marlina Uli Silaen (Juli 2015)


     F.     Partitur Lagu pada Tari Moyo (Tari Elang)
Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan ternyata melodi dan bahkan syair lagu pada Iringan Tari Moyo (Tari Elang) sendiri sudah mengalami pergeseran.
Berikut ini partitur Tari Moyo (Tari Elang)dari sebelum mengalami pergeseran  hingga sudah mengalami pergeseran.
 

1.                   Partitur Tari Moyo (Tari Elang) Sebelum Mengalami Pergeseran.
FANARI MOYO

2.                  Partitur Tari Moyo (Tari Elang) Sesudah mengalami pergeseran.
 

 G.    Nada-Nada Pada Tari Moyo (Tari Elang)
Dalam menentukan nada dasar pada melodi tari moyo (Tari Elang) tersebut, penulis beracuan pada nada dasar C = Do. Setelah melakukan analisis, ternyata syair lagu tari moyo (Tari Elang) mempunyai 3 (tiga) bagian. Tari moyo (Tari Elang) banyak menggunakan nada – nada C (do), E (mi), G (sol), dan A (La). Dan juga banyak menggunaka not 1/8 ( Seperdelapan) dan 1/16.
Sebelum mengalami pergeseran partitur Tari Moyo (Tari Elang) tidak mengalami perubahan tempo apapun sedangkan pada partitur Tari Moyo        (Tari Elang) yang sudah mengalami pergeseran dipertengahan syair lagu pada bagian ke 3 (tiga) mempunyai perubahan tempo.

H.    Penyebab Pergeseran Fungsi Musik Gondra Pada Tari Moyo       (Tari Elang)
Menurut bapak Nesi Sarumaha yang diwawancarai pada tanggal 06 Juli 2015  masa dulu akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan masa sekarang. Berbagai perubahan telah terjadi yang diiringi dengan zaman yang semakin berkembang. Demikian juga kehidupan manusia yang merupakan suatu proses sosial dan budaya yang selalu berubah seiring berjalannya waktu. Berbagai perubahan tersebut telah menyebabkan adanya unsur, nilai sosial budaya yang berubah bahkan ditinggalkan manusia. tentu saja hal ini merupakan efek negatif dari rangkaian perubahan yang terjadi. Jikalau nilai sosial budaya tersebut dibiarkan saja tanpa usaha melestarikannya, maka hilanglah suatu nilai dalam sejarah kehidupan manusia di masa lampau.
Tari Moyo (Tari Elang) merupakan salah satu tarian putri suku Nias yang  sudah mengalami perubahan, dimana biasa tarian ini ditarikan secara berkelompok dengan menggunakan kostum atau properti tersendiri.
Sudarsono (1979:37) “tari adalah ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis yang indah. Berdasarkan pengertiannya diatas maka ragam gerak tari adalah cara peralihan tempat melalui gerak yang ritmis dan indah sesuai dengan dorongan hati.
Pada awalnya Tari Moyo (Tari Elang) memiliki ciri koreografi sederhana yang tampak pada susunan gerak, penggunaan ruang, waktu dan tata rias busananya. Terjadinya beberapa perubahan dari mulai fungsi musik pengiring dan juga koreografi, pada penampilan Tari Moyo (Tari Elang) disebabkan oleh adanya penyesuaian kebutuhan akan hiburan. Hal itu menuntut seniman-seniman Nias berkreasi pada tatanan Tari Moyo (Tari Elang) menjadi tari hiburan.
Bapak Nesi Sarumaha juga mengatakan faktor yang paling menonjol pada pergeseran fungsi musik yang terjadi yaitu terletak pada iringan alat musiknya, ini dikarenakan pada awalnya setiap penampilan tari moyo (Tari Elang) masyarakat yang menikmati penampilan ini terkesan bosan karena tidak adanya alat musik yang bisa membuat sipenikmat tari tidak ngantuk pada saat menikmati penampilan tari tersebut, melihat hal itu kemudian seniman Nias pun mulai berfikit untuk memadukan setiap penampilan tari dengan alat musik tradisional gondra dan menjadikan alat musik gondra sebagai alat musik yang paling penting dalam penampilan tari moyo.

Zaman Dulu
Zaman Sekarang
·         Pada zaman dulu tari moyo hanya diiringi 2(dua) orang penyanyi saja
·           Pada zaman sekarang Setiap penampilan Tarian ini sudah dipadukan dengan beberapa alat musik tradisional nias.
·         Pada zaman dulu para penari nya hanya 2 (dua) orang saja
·         Pada zaman sekarang para penarinya bisa lebih dari 2 (dua) orang.
Pada zaman dulu tarian ini hanya ditampilkan pada acara-acara kerajaan saja.
·         Pada zaman sekarang sudah banyak ditampilkan pada acara-acra Hiburan dan acara-acara resmi pemerintahan.
·         Pada zaman dulu syair lagu dari Tari Moyo                (Tari Elang) ini sangat singkat dan syair lagunya dinyanyikan secara berulang-ulang.
·         Pada zaman sekarang sudah diimprovisasi baik itu dari syair lagu sampai pada melodi lagu dan juga memiliki tanda ulang pada pertengahan lagu.

Tabel 1.
Tabel Perbandingan Pergeseran Fungsi Musik Gondra Pada Tari Moyo    (Tari Elang) Dari Zaman Dulu Hingga Sekarang.

 Berikut ini merupakan perubahan syair lagu pada Tari Moyo (Tari elang)  yang dimana syair lagu pada zaman dulu jauh lebih simpel dan singkat. Sedangkan Syair lagu pada zaman sekarang lebih panjang dan juga pada pertengahan lagu ada beberapa tanda pengulangan.

Syair lagu Tari Moyo (Tari Elang) zaman dulu

Syair lagu Tari Moyo (Tari Elang) zaman Sekarang

Manaaaariiiiiiiiiii taheeeeee manari tariiiii moyooo...
Laumanari....manari 2X
Fanari...fanari moyo....moroi bada neha
He...ya...ita banuada
Si...so bakota medan (Tergantung daerah)
 Yaa hasara..hasara gӧdӧ
Ha... sa....bua...gera...gera....

Haugӧ – haugӧ  sanari mofa ne bӧi dai-dai enaӧ hul’o’ moyo yawa ba dete nagi bazi da... ta suno-suno e be basa...nari
Ae hӧ....hӧ ae.... ba sana...ari...ae...
Ba zimi bologӧ dӧdӧna so ji fa sala-sala
Ae hӧ....hӧae... ba sana...ari ae... 2X
Reef :
Ba..da..ta zuno...zuno..andrӧ sanari sindruhu ae daӧ awӧ ba.. salaya...arara..ni waӧu andro’ me yai..yaa... *kembali keawal*

. Tabel 2: Tabel Perbandingan Pergeseran Pada Syair lagu Tari Moyo (Tari Elang) Pada Zaman Dulu Hingga Sekarang.

Jadi berdasarkan  pendapat dari Roziqin yang mengatakan bahwa “Pergeseran orientasi masyarakat menuju modernisasi merupakan suatu fenomena yang sulit dihindari. Maka dalam hal ini Pergeseran Fungsi musik gondra yang terjadi pada Tari Moyo (Tari Elang) penyebab utama terletak dalam perubahan bidang sosial budaya yang drastis sesuai dengan perkembangan zaman. Dan juga faktor ekonomi sebagai pendukung terjadinya pergeseran fungsi musik pada tari moyo (Tari Elang) tersebut.

      I.       Instrumen Musik Pengiring Tari Moyo (Tari Elang)
Musik merupakan bagian dari kebudayaan manusia dalam bentuk rangkaian melodi, ritme, harmoni, serta perwujudan dari rasa atau ekspresi manusia. Musik tidak diragukan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan manusia. Dalam kenyataannya musik  memiliki fungsi atau peran yang sangat penting sehingga tidak satu pun manusia bisa lepas dari keberadaan musik.
Berikut merupakan alat–alat musik tradisional Nias yang digunakan untuk mengiringi penyanyi,dan para menari moyo (Tari Elang) yaitu 
:                                                                                                  
a.      Gong (Aramba)
Gong atau Aramba merupakan salah satu alat musik yang memiliki peran sangat penting dalam pertunjukan Tari Moyo (Tari Elang) dimana dalam pertunjukan tarian fungsi dari aramba ini adalah untuk memanggil rakyat agar berkumpul dibalai atau untuk menyiarkan pesan dari salawa/Tuhenori. Aramba ini memiliki ukuran yang besarnya melebihi sedikit besarnya saraina, diameter 30 cm.

(Gambar 4.7. Alat musik Aramba)
Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)


b.      Gondra
Terbuat dari kayu, kulit kambing dan rotan (termasuk pada kelompok membranofon), Dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh oleh dua orang. Pemain gondra sendiri dibagi menjadi dua orang pemain yaitu pemain gondra 1 (satu) terletak pada bagian depan, sedangkan pemain gondra 2 (dua) terletak pada bagian belakang gondra
 

 
(Gambar 4.8 Alat musik Gondra)
Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)

 c.       Saraina (Faricia)
Alat ini Terbuat dari bahan kuningan bentuknya hampir sama dengan gong. Dipergunakan pada saat ada upacara besar (Owasa), pesta pernikahan dsb. Tinggi 8,5, cm, tebal 0,4 cm dengan diameter 26 cm. Alat ini berpasangan gunanya adalah untuk mengiringi rombongan dalam perjalanan dalam rangka pesta adat. Biasanya alat ini pada saat dimainkan diiringi oleh tetabuhan tamburu, selain sebagai pelengkap dalam seperangkat alat musik tradisional nias. Dimana alat ini dipakai sebagai pengiring Tari Moyo (Tari Elang) dan Tari folaya.
Pemain dari alat musik faritia adalah satu orang tetapi rithem dari alat musik ini sendiri berbeda. Dimana bagian dari rithem alat musik faritia terbagi menjadi dua bagian yaitu farita 1 (satu) dan faritia 2 (dua).
 

 (Gambar 4.9. Alat musik Faricia)
Dokumentasi foto : Marlina Uli Silaen (Juli 2015)
 
J.      Dampak Yang Ditimbulkan Terhadap Pergeseran Fungsi Musik Pada Tari Moyo (Tari Elang) DiSanggar Tari Fanayama Simalingkar Medan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak adalah merupakan sesuatu yang dimungkinkan sangat mendatangkan akibat dan sebab-sebab yang membuat terjadinya sesuatu serta pengaruh dari sesuatu yang akan menciptakan atau bahkan dapat menyebabkan pengaruh yang  sangat besar. Dampak bisa berupa pernyataan yang positif bisa juga pernyataan yang negatif.
Berdasarkan hasil wawancara  dengan salah satu alumni Sanggar Fanayama yaitu bapak Nesi Sarumaha mengenai pergeseran fungsi musik gondra pada Tari moyo (Tari elang) ada beberapa dampak positif dan dampak negatif yang timbul akibat terjadinya pergeseran fungsi musik gondra pada tari moyo (Tari Elang) yaitu :
1.         Dampak Positif
Ada beberapa Dampak positif yang terjadi setelah mengalami pergeseran yaitu:
1.1         Masyarakat Nias lebih banyak mengetahui tentang keberadaan tari moyo (Tari Elang) setelah mengalami pergeseran
1.2         Masyarakat Nias lebih banyak mengisi acara-acara penting setelah musik iringan tari moyo (Tari Elang) sudah memakai beberapa alat musik tradisional, Karena masyarakat yang menikmati tarian ini tidak bosan.
1.3         Seniman-Seniman Nias lebih banyak mengisi acara-acara setelah mengalami pergeseran fungsi musiknya.

2.         Dampak Negatif
Ada beberapa Dampak negatif yang terjadi setelah mengalami pergeseran fungsi musik yaitu:
1.1                          Masyarakat Nias kurang mengetahui fungsi musik pada sejarah
    tari moyo (tari elang) yang sebenarnya.
1.2                          Dulu Tarian ini kurang dinikmati
1.3                          Masyarakat Nias Kurang menghargai sejarah Tari Moyo           
   (Tari Elang).
1.4                          Masyarakat Nias terkesan Malu menggunakan budaya asli mereka
  karena telah maraknya budaya-budaya asing
1.5                         Sebagai imperialisme budaya yang membawa budaya barat, serta  
      kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional

Author:

Facebook Comment