BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika Jepang terpuruk karena kekalahan perang dunia ke-2, yang ditanyakan kaisar bukanlah berapa prajurit yang masih hidup, tetapi berapa guru yang masih hidup. Inilah yang menjadi kunci sukses jepang sampai saat ini, menjadi negara kecil yang maju. Guru berperan mencerdaskan bangsa yang akan mengubah nasib bangsa ini.
Guru menjadi salah satu komponen dalam pendidikan, ada berbagai tugas dan peran baik itu terkait langsung di sekolah maupun tidak. Ada 7 peran guru menurut WF Connell (1972), yaitu; (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Kata karakter yang saya kira sudah banyak orang menyebutkannya dan memahami arti dari karakter sebenarnya, tapi mungkin diantara kita cukup banyak yang mengabaikan (neglect). Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa dan dikembangkan serta dimantapkan. Kita ketahui didalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan, baik lingkungan kecil didalam rumah, didalam masyarakat, meluas didalam kehidupan berbangsa dan selanjutnya. Kondisi bangsa dipengaruhi oleh lingkungan strategis, baik yang bersifat nasional, regional maupun global. Dalam paparan ini dibatasi dengan pengaruh lingkungan nasional.
Kondisi bangsa saat ini, dapat kami paparkan sebagai berikut: Keadaan bangsa Indonesia sejak tahun 1997/1998 dilanda krisis multi dimensi yang sedang kita alami saat ini dan masih sangat terasa dampaknya, yang berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, kepemimpinan, dan yang sangat berakibat fatal adalah krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak yang berkelanjutan sampai dengan hari ini. Krisis yang semula diperkirakan krisis identitas, ternyata masalahnya jauh lebih dalam lagi menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adanya krisis karakter, bahkan lebih dalam lagi pada yang berkaitan dengan krisis jati diri.
Maka dari itu saya menyusun makalah ini guna memberikan penjelasan bahwa betapa pentingnya guru dalam membangun karakter bangsa karena telah dikemukan beberapa peranan guru dalam membangun bangsa, apa sajakah fungsinya, bagaimana aplikasinya, dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan karakter suatu bangsa?
2. Bagaimanakah Peran Guru dalam Membangun Karakter Bangsa?
3. Apakah tugas guru yang sebagai Profesi ?
4. Bagaimankah Arti dan peran penting karakter ?
C. Tujuan
1. Memberikan penjelasan tentang pengertian karakter suatu bangsa.
2. Menjelaskan Peran Guru dalam Membangun Karakter Bangsa.
3. Menjelaskan tugas guru yang sebagai Profesi.
4. Mendeskripsikan arti dan peran penting karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Karakter Suatu Bangsa
Karakter memang sulit didefinisikan, tetapi lebih mudah ditangkap melalui adanya uraian (dicribe) berisikan pengertian. Karakter menurut Sigmund Freud adalah Character is a striving system with underly behaviour, yang saya artikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku, yang akan bisa ditampilkan secara mantap. Karakter merupakan internalisasi nilai-nilai yang semula berasal dari lingkungan menjadi bagian kepribadiannya. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena karakter melandasi sikap dan perilaku kita, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun.
Apabila jati diri manusia adalah yang merupakan terberi (given) yang diberikan dari Tuhan pada waktu kelahiran dan merupakan fitrah manusia. Berbeda dengan suatu bangsa yang lahir merupakan pilihan sekumpulan individu yang mengelompok dan bersefaham untuk mendirikan suatu bangsa.
Arti dan peran penting karakter
Untuk membangkitkan kembali jati diri bangsa/karakter bangsa atau dengan kata lain mewujudkan karakter bangsa, kita harus bisa menyepakati terlebih dahulu tentang arti dan peran penting dari pada karakter dan pemahaman membangun karakter untuk dapat melakukan kegiatan membangkitkan kembali jati diri bangsa.
Sebagai suatu gambaran : Bangsa yang maju dan jaya tidak disebabkan oleh kompetensi, tehnologi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi karena dorongan semangat dan karakter bangsanya, hal ini dapat kita lihat antara lain di negara Jepang, Korea Selatan, Cina, Inggris, dan sebentar lagi di Vietnam. Indonesia pernah membuktikan hal ini yaitu pada tahun 1928 pada hari sumpah pemuda, pada tahun 1945 pada hari proklamasi kemerdekaan, tetapi apa jatinya sekarang setelah 79 tahun sumpah pemuda.
Kami sampaikan sekarang kata bijak yang kedua yaitu : “Peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah bahtera kehidupan seorang manusia”.
Mengacu pada tata nilai yang kita gunakan diatas yang mengatakan bahwa when character is lost everything is lost, maka dari uraian diatas yang dapat kita simpulkan bahwa : bangsa yang di dorong oleh karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya. Sedangkan bangsa yang kehilangan karakter bangsanya maka bangsa ini akan sirna dari muka bumi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Combs dan dikembangkan oleh para ahli lain, Usher (2002) mengajukan lima disposisi guru yang efektif, yaitu :
- Empati : Guru yang efektif mampu memahami dan sensitive terhadap dunia pribadi siswa serta memiliki prioritas untuk membantu orang lain agar dapat belajar.
- Pandangan yang positif terhadap orang lain : Guru yang efektif memiliki pandangan yang positif mengenai keberadaan, kemampuan dan potensialitas orang lain. Mereka menghargai keberadaan dan integritas pembelajar serta memiliki harapan positif yang realistik untuk pertumbuhan dan keberhasilan pembelajar.
- Pandangan yang positif terhadap diri sendiri : Guru yang efektif memiliki pandangan yang positif mengenai keberadaan, kemampuan dan potensialitas diri sendiri. Mereka menghargai keberadaan dan integritas pembelajar serta memiliki harapan positif yang realistik untuk pertumbuhan dan keberhasilan pembelajar.
- Otentik : Guru yang efektif dapat bersikap apa adanya, terbuka dan jujur terhadap orang lain. Mereka mengembangkan dan menunjukkan pendekatan yang unik dalam mengajar. Mereka tidak berpura-pura.
- Memiliki Visi : Tujuan yang bermakna : Guru yang efektif mengarahkan diri pada sasaran, sikap dan nilai yang luas dan mendalam serta berpusat pada pribadi.
Pendidikan Karakter
Guru adalah pendidik professional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik atau siswa. Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan karakter, Guru menjadi ujung tombak keberhasilan tersebut. Guru, sebagai sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai peran penting dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru menjadi sosok figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap anak didik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional diamanatkan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik. Kompetensi kepribadian tersebut menggambarkan sifat pribadi dari seorang guru. Satu yang penting dimiliki oleh seorang guru dalam rangka pengambangan karakter anak didik adalah guru harus mempunyai kepribadian yang baik dan terintegrasi dan mempunyai mental yang sehat. Profesi guru mempunyai 2 (dua) tugas penting, yaitu mengajar dan mendidik. Kedua tugas tersebut selalu mengiringi langkah sang guru baik pada saat menjalankan tugas maupun diluar tugas (mengajar). Mengajar adalah tugas membantu dan melatih anak didik dalam memahami sesuatu dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan mendidik adalah mendorong dan membimbing anak didik agar maju menuju kedewasaan secara utuh. Kedewasaan yang mencakup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, seni spiritual, dan moral. Pendidikan karakter dewasa ini menjadi solusi alternatif bagi perkembangan siswa mejadi insan ideal. Pendidikan karakter diarahkan untuk menanamkan karakter bangsa secara menyeluruh, baik pengetahuan (kognitif), nilai hidup (afektif), maupun tindakan terpuji (psikomotor). Tujuannya adalah membentuk siswa supaya mereka mampu menjadi insan kamil. Pelaksanaan pendidikan karakter diprioritaskan pada penanaman nilai-nilai transeden yang dipercayai sebagai motor penggerak sejarah (Koesoema, 2007). Tujuannya adalah meningkatkan mutu pendidikan yang menekankan kepada pembentukan karakter dan akhlak mulia para siswa secara utuh dan seimbang sesuai dengan SKL yang ditentukan. Dengan pendidikan karakter diharapkan lahir manusia Indonesia yang ideal seperti yang dirumuskan dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU Sisdiknas tersebut menyatakan bahwa fungsi pendidikan Indonesia adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuan pendidikan Indonesia adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut mengandung makna secara substansi bahwa pendidikan kita diarahkan kepada pendidikan berbasis pembangunan karakter. Oleh karena itu Pendidikan di sekolah harus diselenggarakan dengan sistematis sehingga bisa melahirkan siswa yang kompetitif, bertika, bermoral, sopan santun dan interaktif dengan masyarakat. Pendidikan tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif yang bersifat teknis, tetapi harus mampu menyentuh kemampuan soft skill seperti aspek spiritual, emosional, social, fisik, dan seni. Yang lebih utama adalah membantu anak-anak berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan yang diberikannya. Berdasarkan penelitian Harvard University AS (Sudrajat, 2010) mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang (siswa) 80% ditentukan oleh kemampuan mengelola diri (soft skill) dan 20% ditentukan oleh kemampuan teknis (hard skill). Dalam konteks pendidikan karakter, pendidikan dilaksanakan untuk mendidik siswa menjadi manusia ihsan, yang berbuat baik dengan tindakan yang baik berdasarkan ketaqwaan kepada Tuhan semata. Dalam konsep ulul albab (Rahmat, 2007), pendidikan bertujuan untuk mendorong siswa menjadi manusia pembelajar, manusia aktif yaitu menyampaikan ilmu kepada orang lain, membeir peringatan, dan untuk memperbaiki ketidakberesan di masyarakat. Presiden SBY mengharapkan bahwa pendidikan karakter ini akan menciptakan manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Presiden SBY mencanangkan 5 dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter, yaitu:
1. Manusia Indonesia harus bermoral, akhlak mulia dan berperilaku yang baik.
2. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional.
3. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif, bergerak maju dan mau bekerja keras.
4. Membangun semangat harus bisa
5. Menjadi patriot sejati yang mencitai bangsa, Negara, dan tanah air Indonesia.
Oleh karena itu,konsep keteladanan dalam pendidikan sangat penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Dalam pandangan Islam, keteladanan merupakan metode pendidikan yang terbaik dan yang paling membekas. (Mualiffah, 2009). Prinsip tersebut sejalan dengan metode pendidikan karakter di atas. Selain dengan prinsip keteladanan, metode yang juga bisa diterapkan adalah metode dialog partisipatif. Metode ini akan mampu menstimulus siswa untuk lebih kreatif, kritis, mandiri, dan komunikatif. Sebagai pendidik, guru bisa menjadi mitra siswa dalam berkembang maupun dalam menilai perkembangan siswa tersebut. Untuk itu, guru harus terlebih dahulu mengenal siswa secara pribadi. Hal ini bisa ditempuh dengan cara, pertama, guru harus mengenali dan memperhatikan pengertian-pengertian yang dibawa siswa pada awal proses pembelajaran. Kedua, guru harus mengetahui kemampuan, pendapat, dan pengalaman siswa. Ketiga, pengenalan dan pemahaman konteks nyata para siswa sebagai dasar dalam merumuskan tujuan, sasaran, metode, dan sarana pembelajaran. Menurut Q-Anees, syarat utama bagi guru adalah guru harus mengetahui dan mempraktekkan karakter yang hendak diajarkan kepada siswa. Syarat kedua adalah guru harus memahami dan menguasai seluruh materi yang akan diajarkan.
B. Peran Guru dalam Membangun Karakter Bangsa
kemampuan penguasaan materipelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ini erat kaitannya dengan kemampuan gurudalam mengajar. Guru dituntut untuk memiliki 8 (dela) keterampilan dasar mengajar, yaitu :
1) keterampilan menjelaskan,
2) keterampilan bertanya,
3) keterampilan menggunakanvariasi,
4) keterampilan memberi penguatan,
5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
6) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan,
7) keterampilan mengelola kelas, dan
8) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali,dan masyarakat sekitar. Guru dituntut mampu untuk berkomunikasi dengan bahasa lisan,tulisan, dan badan. Di dalam komunikasinya, guru dituntut untuk menumbuhkembangakan sikap toleransi, simpati, empati, dan identifikasi diri dengan lingkungannya. Guru dituntut untuk memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya pada peserta didik, teman guru, karyawan sekolah dan anggota masyarakat ia bertempat tinggal
Guru menjadi salah satu komponen dalam pendidikan, ada berbagai tugas dan peran baik itu terkait langsung di sekolah maupun tidak. Ada 7 peran guru menurut WF Connell (1972), yaitu; (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
1. Peran guru yang pertama dan utama adalah sebagai pendidik.
Guru menciptakan suasana belajar di kelas yang tidak hanya dibatasi oleh dinding, dengan sebelumnya melaksanakan perencanaan. Guru meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak. Selain itu juga berusaha agar anak mampu untuk menemukan sendiri ilmu pengetahuan itu. Sebagai bekal anak untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
2. Guru sebagai model
Guru sebagai contoh atau teladan bagi anak khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tentu saja karena model haruslah yang baik, segala tingkah lakunya tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat. Segala bentuk penyimpangan tidak akan terjadi jika guru, orang tua dan masyarakat mampu memberikan teladan yang baik bagi anak, potensi untuk berbuat yang melanggar norma, aturan itu akan semakin minim.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru berusaha membimbing anak agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing anak agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Setiap anak memiliki keunikan yang berbeda, sehingga hubungan guru dan anak bisa lebih bersifat lebih dekat, guru harus mampu mengenali kesulitan anak dan mengembangkan setiap potensi dan minat anak.
4. Pelajar (learner)
Proses yang terjadi di kelas bukanlah pengajaran tapi pembelajaran. Konsekuensinya adalah semua yang ada di dalam kelas itu belajar, guru bukan sedang mengisi botol kosong tapi mengajak untuk menemukan sendiri dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan pembelajaran guru senantiasa merefleksi apa yang telah dilakukannya dalam proses belajar. Jika ada hasil belajar yang kurang memuaskan atau kondisi kelas dan anak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan guru bisa mengadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menjadikan guru untuk belajar, mempelajari teori dan mencoba untuk mempraktekannya untuk memperbaiki hasil belajar anak.
5. komunikator terhadap masyarakat setempat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang 6.
6.Pekerja administrasi
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru bisa menjadi agen perubahan di dalam masyarakat. Sebagai pengagas atau mengkomunikasikan ide-ide untuk pembangunan masyarakat. Khususnya bagi guru yang bertugas di daerah terpencil yang memang guru adalah satu-satunya profesi yang mampu memberikan pendidikan tidak hanya pada anak tetapi juga masyarakat sekitar.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Administrasi sekolah adalah pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya sekolah secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pendidikan agar tujuan pendidikan di sekolah tercapai secara optimal.
7. Kesetiaan terhadap lembaga
Guru harus setia terhadap lembaga, saat ini banyak guru enggan untuk ditempatkan di daerah terpencil, seharusnya itu tidak terjadi. Guru sebagai profesi yang menekankan pada kesetiaan pada lembaga, loyal pada negara. Seumpama kalau pun ia ditugaskan untuk mendidik anak-anak di ujung timur negara ini, seharusnya ia mematuhinya karena itu juga untuk kepentingan negara ini.
Itulah ketujuh peran guru, tentunya jika semua peran dan tugas itu dilaksanakan dengan sepenuh hati dan tanggung jawab akan mampu memberikan perubahan berarti bagi anak dan umumnya bangsa.
25 November diperingati sebagai “Hari Guru” secara internasional, termasuk di Indonesia. Momentum peringatan ini sebaiknya juga digunakan untuk melakukan introspeksi. Ini merupakan momentum bagi guru, pahlawan tanpa tanda jasa untuk melakukan introspeksi diri tentang peran guru dalam mencerdaskan bangsa.
C. Guru sebagai Profesi
Guru adalah satu-satunya profesi yang menentukan dalam mengubah nasib bangsa. Hal ini karena guru bertugas mendidik dan mengajar anak-anak bangsa, mengubah perilaku, membentuk karakter. Sebuah tugas yang sangat fundamental. Kalau bangsa Indonesia ingin melakukan perbaikan keadaan bangsa Indonesia di masa datang, harapan itu tertumpang kepada guru, dunia pendidikan.
Guru yang profesional lah yang bisa mencerdaskan bangsa untuk mengubah nasib bangsa ini. Menurut undang-undang guru dan dosen terdapat beberapa persyaratan seorang guru profesional, baik kualifikasi, ataupun kompetensi. Seorang guru profesional harus berkualifikasi pendidikan minimal sarjana (S1). Sedangkan dari segi kompetensi, guru profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi sosial, (3) kompetensi pribadi, dan (4) kompetensi profesi. Setiap kompetensi itu juga sudah jelas indikatornya.
Menjadikan guru profesional adalah tanggung jawab pemerintah secara kelembagaan dan tanggung jawab guru yang bersangkutan secara pribadi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk itu. Melalui penambahan anggaran pendidikan, pelatihan bagi guru, penataan kurikulum. Termasuk, pencanangan pendidikan karakter secara nasional.
Guru akan mampu untuk mencerdaskan bangsa, memajukan pembangunan bangsa ini adalah guru yang profesional yang mampu melaksanakan peran tugasnya. Usaha untuk mencerdaskan bangsa ini tidak akan berhasil kalau guru tidak memiliki keikhlasan dan idealisme dalam mengabdi, mereka juga tidak akan mampu memperbaiki nasib bangsa. Guru yang bisa mencerdaskan bangsa, mengubah bangsa ini adalah guru yang profesional, ikhlas dan idealis dalam mengabdi atau menjalankan perannya
D. Arti dan peran penting karakter
Untuk membangkitkan kembali jati diri bangsa/karakter bangsa atau dengan kata lain mewujudkan karakter bangsa, kita harus bisa menyepakati terlebih dahulu tentang arti dan peran penting dari pada karakter dan pemahaman membangun karakter untuk dapat melakukan kegiatan membangkitkan kembali jati diri bangsa.
Sebagai suatu gambaran : Bangsa yang maju dan jaya tidak disebabkan oleh kompetensi, tehnologi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi karena dorongan semangat dan karakter bangsanya, hal ini dapat kita lihat antara lain di negara Jepang, Korea Selatan, Cina, Inggris, dan sebentar lagi di Vietnam. Indonesia pernah membuktikan hal ini yaitu pada tahun 1928 pada hari sumpah pemuda, pada tahun 1945 pada hari proklamasi kemerdekaan, tetapi apa jatinya sekarang setelah 79 tahun sumpah pemuda.
Kami sampaikan sekarang kata bijak yang kedua yaitu : “Peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah bahtera kehidupan seorang manusia”.
Mengacu pada tata nilai yang kita gunakan diatas yang mengatakan bahwa when character is lost everything is lost, maka dari uraian diatas yang dapat kita simpulkan bahwa : bangsa yang di dorong oleh karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya. Sedangkan bangsa yang kehilangan karakter bangsanya maka bangsa ini akan sirna dari muka bumi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Combs dan dikembangkan oleh para ahli lain, Usher (2002) mengajukan lima disposisi guru yang efektif, yaitu :
- Empati : Guru yang efektif mampu memahami dan sensitive terhadap dunia pribadi siswa serta memiliki prioritas untuk membantu orang lain agar dapat belajar.
- Pandangan yang positif terhadap orang lain : Guru yang efektif memiliki pandangan yang positif mengenai keberadaan, kemampuan dan potensialitas orang lain. Mereka menghargai keberadaan dan integritas pembelajar serta memiliki harapan positif yang realistik untuk pertumbuhan dan keberhasilan pembelajar.
- Pandangan yang positif terhadap diri sendiri : Guru yang efektif memiliki pandangan yang positif mengenai keberadaan, kemampuan dan potensialitas diri sendiri. Mereka menghargai keberadaan dan integritas pembelajar serta memiliki harapan positif yang realistik untuk pertumbuhan dan keberhasilan pembelajar.
- Otentik : Guru yang efektif dapat bersikap apa adanya, terbuka dan jujur terhadap orang lain. Mereka mengembangkan dan menunjukkan pendekatan yang unik dalam mengajar..
- Memiliki Visi : Tujuan yang bermakna : Guru yang efektif mengarahkan diri pada sasaran, sikap dan nilai yang luas dan mendalam serta berpusat pada pribadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan landasan teori dan pembahasan yang terurai ditas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Pendidikan karakter siswa bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan dan harus berangkat dari kesadaran masing-masing individu. Sebab, segala sesuatu yang berangkat dari kesadaran akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar dirinya.
- Tujuan pendidikan karakter siswa itu sendiri pada hakikatnya tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga secara seimbang harus menanamkan karakter positif terhadap sikap, perilaku, dan tindakan seseorang.
- Negeri ini tidak hanya membutuhkan pendidikan karakter, tapi negeri ini sangat membutuhkan teladan dari pendidik karakter dan teladan dari semua komponen bangsa. Dengan demikian keinginan untuk membentuk generasi Indonesia yang santun, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan memiliki kepenasaranan intelektual sebagai modal dalam membangun kreatifitas dan daya inovasi dapat terwujud sesuai harapan.
B. Saran
- Pendidikan karakter diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, simulasi, dan penampilan berbagai kegiatan sekolah, untuk itu guru diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya.
- Lingkungan sekolah yang positif membantu membangun karakter. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif.
- Guru diharapkan, disiplin terlebih dulu,pasti siswa akan mengikuti disiplin juga.
DAFTAR PUSTAKA
Hartoko,D.(ed),”Memanusiakan Manusia Muda.Tinjauan Pendidikan
Humaniora”,Kanisius-BPK Gunung mulia Yogyakarta, 1989.
Koehen,D,”Landasan Etika Profesi”,Kanisius, Yogyakarta,2000
Pramono,M,”Menyelami Spirit Epistemology Paolo Freire”,Al -ruzz,Yogyakarta,2006